KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Barito Pacific Tbk (
BRPT) dinilai tetap positif di tengah terjadinya gejolak harga energi. Ekspansi dan melantainya PT Barito Renewables Energy Tbk (
BREN) di Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi sentimen positifnya. Hingga kuartal III 2023, pendapatan BRPT merosot 10,97% menjadi US$ 2,11 miliar dibanding capaian per September 2022 yang kala itu menyentuh US$ 2,37 miliar. Namun laba bersih melejit 147,30% menjadi US$ 96,77 juta dibandingkan capaian per September 2022 sebesar US$ 39,13 juta. Head of Research Mega Capital Sekuritas (InvestasiKu) Cheril Tanuwijaya mengatakan prospek BRPT didorong ekspansi yang dilakukan, salah satunya upaya meningkatkan kapasitas produksi di masa depan dengan membuat pabrik caustic soda dan ethylene dichloride.
"Apalagi ada IPO BREN juga yang terbukti sukses," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (9/11). Anak usaha BRPT, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (
TPIA) menggarap Pabrik Chlor Alkali plant yang akan memproduksi lebih dari 400.000 metrik ton per tahun caustic soda (dikenal juga sebagai sodium hydroxide). Kemudian, 500.000 metrik ton per tahun ethylene dichloride (EDC).
Baca Juga: Pendapatan Landai, Barito Pacific (BRPT) Tetap Ekspansi Sambil Jaga Laba Sepanjang tahun 2023, BRPT, melalui anak-anak usahanya rajin ekspansi. TPIA, selain membangun pabrik juga merampungkan akuisisi pada segmen infrastruktur dengan membeli PT Krakatau Daya Listrik (KDL) dan PT Krakatau Tirta Industri (KTI), dua entitas usaha dari PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS). Lalu, melalui anak usahanya, PT Chandra Asri Alkali (CAA) telah meneken Letter of Intent (LoI) bersama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum). Kerjasama ini dalam rangka mendukung pengembangan industri hulu aluminium dan percepatan ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) domestik. Di segmen panas bumi, Cheril menilai IPO BREN juga membuat kinerja perusahaan makin fokus & optimal. Menurutnya, BREN memiliki kapasitas operasional & potensi energi yang besar dan memiliki kontrak penjualan jangka panjang, sehingga kinerja masa depannya cukup menjanjikan.
"Meski risikonya dari pemulihan ekonomi China yang lebih lambat, fluktuasi harga minyak akibat perang, dan perubahan kebijakan pemerintah terhadap EBT," jelas Cheril. Analis Samuel Sekuritas Yosua Zisokhi menambahkan, saat ini BREN mengoperasikan tiga wilayah kerja panas bumi (WKP) di Salak, Wayang Windu, dan Darajat yang menghasilkan uap dan tenaga listrik. Total kapasitas 885 MW atau setara 38% kapasitas operasional geotermal Indonesia, menjadikannya operator geotermal terbesar di Indonesia dan keempat terbesar dunia. "Ke depan, BREN akan menambahkan teknologi Binary di WKP Salak, yang akan memberikan kapasitas tambahan 15 MW di akhir tahun 2023, serta menambah kapasitas di 2 WKP lainnya, Wayang Windu Unit 3 dan Salak Unit 7," paparnya.
Baca Juga: Euforia Keputusan The Fed Usai, Analis Sodorkan Rekomendasi Saham Hari Ini Analis JP Morgan Arnanto Januri melihat, pergerakan saham BRPT mengungguli IHSG sebesar 64% sepanjang Agustus-September 2023, terutama didorong antisipasi IPO BREN. Namun telah berkinerja buruk di bawah IHSG sebesar 15% sejak IPO BREN pada tanggal 9 Oktober, meskipun harga saham BREN telah meningkat lebih besar 4,5 kali sejak IPO. Oleh sebab itu, JP Morgan menyematkan rating netral dengan target harga Rp 1.100/saham. Adapun Cheril dan Yosua merekomendasikan buy BRPT dengan target harga, masing-masing Rp 1.100/saham dan Rp 1.590/saham.
Terbitkan Obligasi Rp 1 Triliun
PT Barito Pacific Tbk juga tengah melakukan penerbitan obligasi berkelanjutan III Barito Pacific Tahap II tahun 2023 dengan pokok obligasi sebesar Rp 1 triliun. Obligasi ini merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan obligasi berkelanjutan III Barito Pacific dengan target dana yang akan dihimpun sebesar Rp 3 triliun. Dalam prospektus yang diterbitkan di Bursa Efek Indonesia, Kamis (9/11), BRPT akan menggunakan dana hasil obligasi ini untuk refinancing, yakni untuk melunasi kewajiban pokok obligasi dan juga utang kepada sejumlah pihak.
Pertama, sebesar Rp 271 miliar digunakan untuk pembayaran penuh atas sisa saldo utang Obligasi Berkelanjutan I Barito Pacific Tahap I Tahun 2019 Seri B.
Baca Juga: Asing Net Sell Jumbo Rp 2,84 Triliun dalam Sepekan, Cermati Saham yang Banyak Diobral Kedua, sebesar Rp 136 miliar dialokasikan untuk pembayaran penuh atas sisa saldo utang Obligasi Berkelanjutan I Barito Pacific Tahap II Tahun 2020 Seri B Ketiga, sebesar Rp 86,31 miliar akan digunakan BRPT untuk pembayaran sebagian atas sisa saldo utang Obligasi Berkelanjutan I Barito Pacific Tahap III Tahun 2020 Seri C. Keempat, sebesar Rp 185,60 miliar akan digunakan untuk pembayaran penuh atas sisa saldo utang Obligasi Berkelanjutan II Barito Pacific Tahap II Tahun 2022 Seri A. Kelima, sebesar US$ 9,55 juta atau sekitar Rp 152,927 miliar akan dipergunakan untuk pembayaran sebagian utang yang dibuat antara BRPT sebagai Debitur dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sebagai kreditur, sebagaimana terakhir diubah dengan Persetujuan Perubahan Perjanjian Kredit Term Loan Maksimum US$ 125 juta No. (1) 117 tanggal 30 Mei 2023. Keenam, sebesar US$ 10 juta atau setara dengan sekitar Rp 160 miliar dialokasikan untuk pembayaran sebagian utang berdasarkan Facility Agreement for a US$ 252,70 million Term Loan/Standby Letter of Credit Facility tanggal 5 Agustus 2020 yang dibuat antara BRPT dan Bangkok Bank Public Company Limited.
Baca Juga: Saham-Saham yang Banyak Dipungut Asing Saat IHSG Merosot Tajam Kemarin BRPT akan menerbitkan obligasi ini dalam 2 seri, yaitu Obligasi Seri A dan Obligasi Seri B yang masing-masing ditawarkan sebesar 100% dari jumlah pokok obligasi. Rinciannya, Seri A dengan jumlah pokok sebesar Rp 700 miliar dengan tingkat bunga tetap sebesar 8,50% per tahun. Obligasi Seri A memiliki jangka waktu alias tenor 3 tahun sejak tanggal emisi. Kemudian, Seri B dengan pokok senilai Rp 300 miliar dengan tingkat bunga tetap sebesar 9,50% per tahun, berjangka waktu 5 tahun sejak tanggal emisi.
Dalam rangka penawaran umum berkelanjutan ini, emiten milik Prajogo Pangestu ini telah memperoleh hasil pemeringkatan atas obligasi berkelanjutan dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO), yakni idA+ (Single A Plus).
Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi obligasi yakni PT BCA Sekuritas dan PT Sucor Sekuritas. Sementara PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) bertindak sebagai wali amanat. Sebelumnya, emiten besutan Prajogo Pangestu ini telah menerbitkan obligasi berkelanjutan III Barito Pacific tahap I dengan pokok obligasi sebesar Rp 1 triliun, yang juga merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan obligasi berkelanjutan III Barito Pacific dengan target dana yang akan dihimpun sebesar Rp 3 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli