Barito Pacific menargetkan produksi 1.200 MW dalam 5-10 tahun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Barito Pasific Tbk (BRPT) menyelesaikan akuisisi 66,67% saham Star Energy dengan nilai transaksi Rp 7,4 triliun dari hasil dana rights issue sebesar Rp 8,9 triliun.

David Kosasih Chief Financial Officer BRPT mengatakan, kotribusi PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) terhadap Barito mencapai 96%-97% sebelum akuisisi. Setelah akuisisi Star Energy, kontribusi kedua anak usaha ini akan berimbang 50:50. Kontribusi dari Star Energy akan terefleksikan di September 2018 karena baru masuk sejak 7 Juni 2018.

“Saat ini BRPT lebih banyak ditopang oleh dua pilar sektor petrokimia dan sektor energi. Sehingga kedepannya peluang untuk ekpansi bisnis ke sektor energi akan terbuka lebar,” kata David, Rabu (18/7).


Barito Pacific merencanakan ekspansi Salak Binary 15 megawatt (MW) pada 2021. Selain itu, usaha patungan atau joint venture dengan PT Indonesia Power pada Jawa 9 dan Jawa 10 sebesar 2x1000 MW, yang akan beroperasi pada 2023. Pada 2024 ekpansi Wayang Windu unit 3 akan menghasilkan 60 MW.

Saat ini Star Energy Geothermal berada di Wayang Windu dengan dua unit berkapasitas 227 MW. Salak sebanyak enam unit berkapasitas 377 MW dan Darajat dengan tiga unit produksi berkapasitas 271 MW.

Ketiga pembangkit geothermal ini bekerja sama dengan PLN dan Pertamina untuk durasi jangka panjang. Wayang Windu kontrak selama 22 tahun, Salak kontrak 23 tahun dan Darajat kontrak 27 tahun. BRPT juga merencanakan ekpansi untuk sumber geothermal di Hamiding dan Sekincau. Namun, ekspansi ini masih dalam tahap eksplorasi yang diperkirakan terealisasi 2024.

“BRPT terbuka untuk energi renewable lainnya. Saat ini total produksi energi kapasitasnya 875 MW dan kami menargetkan 1.200 MW dalam periode 5-10 tahun mendatang,” kata David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati