Barito Renewables Energy IPO dan Siap Dukung Transisi Energi Bersih untuk Indonesia



KONTAN.CO.ID - Perusahaan energi terbarukan miliki Grup Barito Pacific, PT Barito Renewables Energy Tbk, sukses melenggang di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 9 Oktober 2023. Dengan mengantongi dana segar dari initial public offering (IPO) sebesar Rp 3,13 triliun, emiten yang menggunakan kode saham BREN ini siap memacu ekspansi bisnis energi bersih dan terbarukan. Presiden Direktur Barito Pacific, Agus Pangestu dan Presiden Direktur Barito Renewables, Hendra Tan menjawab pertanyaan Kontan.

Transisi menuju energi bersih menjadi pekerjaan yang perlu diwujudkan bersama. Salah satu energi alternatif yang ramah lingkungan adalah panas bumi atau geothermal. Selama dua dekade, Star Energy Geothermal kokoh berdiri sebagai perusahaan yang konsisten memanfaatkan potensi aset panas bumi ini.

Bisnis Star Energy Geothermal dipayungi oleh sang induk, PT Barito Renewables Energy Tbk, bagian dari Grup Barito Pacific. Perjalanan panjang bisnis Star Energy Geothermal sendiri sudah dimulai sejak tahun 2003.


Pengembangan Star Energy Geothermal juga tak lepas dari tangan dingin para founders. “Termasuk antara lain Bapak Supramu Santosa yang dikenal sebagai bapak geothermal Indonesia dan yang saat ini juga berhasil mengembangkan Supreme Energy,” ujar Agus Pangestu.

“Dibawah kepemimpinan Chairman Grup kami, Bapak Prajogo Pangestu, kami berhasil merayu beberapa institusi kelas dunia, di antara lain: Ashmore, Mitsubishi Capital, BCPG Thailand, EGCO, dan Ayala. Tanpa kehadiran mereka, Star Energy mungkin tidak akan berada di titik ini. Oleh karena itu kami berterima kasih banyak kepada mereka,” lanjut Agus.

Dari mitra-mitra tersebut, beberapa sudah menjual kepemilikan sahamnya karena ingin fokus di hal lain. Tetapi, masih banyak juga mitra yang sampai sekarang tetap melangkah bersama Star Energy.

Saat ini, Barito Renewables melalui Star Energy mengelola dan mengoperasikan pembangkit listrik tenaga panas bumi di Indonesia dan lapangan uap dengan kapasitas sebesar 886 Megawatt (MW). Kapasitas ini diharapkan bisa terus meningkat, mencapai lebih dari 1.000 MW.

Star Energy memiliki beberapa aset geothermal, yaitu Wayang Windu, Salak, Darajat, Hamiding, dan Sekincau.  Harapannya, kapasitas dari existing operational asset yaitu di unit Wayang Windu, Salak, Darajat semakin berkembang.

Barito Renewables juga akan melanjutkan eksplorasi di area-area yang sudah diidentifikasi, seperti Hamiding dan Sekincau. Dua kawasan ini juga memiliki potensi kapasitas panas bumi yang cukup besar. Strategi ini dilakukan sambil terus menjaga efisiensi operasional bisnis.

Grup Barito memiliki track record kapabilitas pendanaan yang kuat. Grup Barito Pacific berhasil mengumpulkan serangkaian pendanaan untuk ekspansi. Belanja modal yang ditujukan untuk investasi hijau (green capex) selama tahun 2015-2022 juga sangat besar, mencapai 70% dari total belanja modal. Nilai akumulasi pendanaan yang berasal dari pinjaman dan ekuitas telah mencapai US$ 10,56 miliar dalam periode tersebut.

Terus Ekspansi dan Bangun Kemitraan

Sedangkan untuk jangka panjang, Barito Renewables akan terus melakukan penjajakan untuk menambah portfolio energi baru lainnya. Selain itu, Barito Renewables akan terus membina hubungan baik dengan mitra strategis dan partner strategis potensial lainnya.

Saat ini, Star Energy menjalin berbagai kerja sama operasional. Salah satunya dengan Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang juga merupakan salah satu pelopor industri panas bumi di Indonesia. Sebagai pemegang izin wilayah kerja panas bumi (WKP) 1.200 MW, PGE bermitra dengan berbagai perusahaan pengelola/operator panas bumi melalui Kontrak Operasi Bersama (atau Joint Operation Contract). Salah satunya dengan Star Energy. “Kami berharap kemitraan yang telah terjalin selama ini untuk menyediakan energi listrik rendah emisi bagi Indonesia bisa semakin kuat lagi,” tambah Agus Pangestu.

Tujuan dari berbagai ekspansi ini tak lain untuk mendukung pemerintah Indonesia melakukan transisi energi. Dalam beberapa tahun terakhir Grup Barito Pacific telah melakukan transformasi bisnis melalui diversifikasi dan membangun profil ketahanan yang lebih kuat.

Sebagai gambaran, Grup Barito Pacific telah menginvestasikan lebih dari US$ 12 miliar atau sekitar Rp 180 triliun di Indonesia melalui sejumlah anak usahanya di sejumlah bidang industri, dalam kurun waktu kurang dari satu dekade. Mulai dari investasi di bidang energi, manufaktur, infrastruktur hingga petrokimia. Namun demikian, mayoritas dana investasi Grup Barito Pacific dimanfaatkan untuk transformasi bisnis dan transisi energi bersih di Tanah Air.

Hasil dari transformasi bisnis melalui ekspansi di segmen panas bumi terus berkontribusi positif terhadap kinerja Grup Barito Pacific secara keseluruhan, dan telah mengimbangi volatilitas sektor petrokimia. Di sektor petrokimia pun, anak usaha Grup Barito Pacific yaitu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk melakukan diversifikasi dan ekspansi downstream yang ditujukan untuk mendukung pertumbuhan ekosistem industri.

Transisi menuju hal yang lebih baik menjadi nilai yang akan terus dilakukan oleh Grup Barito Pacific. Chairman Grup Barito Pacific Prajogo Pangestu pun selalu mengambil keputusan bisnis yang dilandasi semangat ini. Misalnya, saja, dahulu Barito Pacific merupakan perusahaan pertama yang memiliki pulp bebas klorin atau chlorine free pulp. Grup Barito Pacific juga tidak pernah luput mengupayakan agar produk-produk perusahaan mendapatkan sertifikasi eco label dan Forest Stewardship Council (FSC).

Investasi Grup Barito Pacific di energi panas bumi pun sudah hampir dua puluh tahun. Saat ini pun, Grup Barito Pacific berinvestasi di pembangkit listrik Jawa 9 dan 10 yang memiliki teknologi paling mutakhir yaitu teknologi ultra super critical (USC). Dengan kata lain, Grup Barito Pacific punya prinsip untuk melakukan yang terbaik bagi Indonesia, dan menghargai setiap upaya yang ada untuk go green.  Barito Renewables dan Green Era pun lahir dilandasi oleh alasan ini.

Tentu saja, transisi energi bersih bukanlah hal yang murah. Industri panas bumi membutuhkan modal besar dengan faktor risiko cukup tinggi. Prajogo Pangestu, Chairman Grup Barito Pacific pernah menyampaikan bahwa berdasarkan pengalamannya, industri geothermal merupakan salah satu industri yang menantang; tidak hanya memerlukan modal ataupun keahlian tinggi saja, namun membutuhkan juga hati yang bersih, kerja keras serta berkat dan restu dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Dengan adanya tantantangan tersebut, penting bagi seluruh pelaku usaha di industri ini untuk bermitra dan bekerja sama, dan mendukung pemerintah Indonesia melakukan transisi energi.

Dengan bisnis Barito Renewables yang berfokus di energi terbarukan, secara langsung maupun tidak langsung, para investor Barito Renewables telah berpartisipasi dalam mendukung tercapainya transisi energi di Indonesia. “Investasi seperti ini adalah langkah nyata untuk mendukung pembangunan Indonesia dan kami berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan oleh para investor baik institutional maupun ritel pada Barito Renewables,” tambah Hendra Tan.

Semoga saja, valuasi saham perusahaan berkode BREN ini dapat menjadi benchmark dari Energi Baru Terbarukan ke depannya, sehingga dapat mengundang lebih banyak lagi perusahaan yang masuk ke industri ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Indah Sulistyorini