JAKARTA. Sudah tiga hari Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka perdagangan saham dan derivatif pasca
suspend. Banyak orang yang meramalkan bahwa dana
buy back emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan mengguyur lantai bursa dan mendongkrak indeks harga saham gabungan (IHSG).Nyatanya, emiten plat merah masih belum banyak beraksi. Tak heran, IHSG seolah kekurangan bahan bakar untuk melompat. Bahkan, kemarin (15/10), IHSG melemah 2,29% dan berakhir 1.520,41. Laju IHSG masih lebih banyak tertolong sentimen global dan regional yang membaik.Saat ini, setidaknya ada sepuluh BUMN yang menyatakan diri akan melakukan
buy back. Total nilai dana itu mencapai Rp 3,16 triliun. Ternyata dana yang mereka keluarkan baru seujung kuku dari plafon.
Jika ditotal, BUMN baru menggunakan dana
buy back mencapai Rp 2,4 miliar. "Kami belum sempat membeli karena harga naik dengan cepat," kata Sekretaris Perusahaan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) Heri Yusuf, kemarin (15/10). PGAS menyediakan dana
buy back sebesar Rp 450 miliar. Dalam tiga hari perdagangan, saham PGAS memang naik cukup tinggi. Kemarin harga PGAS ditutup pada Rp 1.870 per saham. Harga ini termasuk tinggi ketimbang sebelum
suspend. Waktu itu, harga saham PGAS Rp 1.590 per saham. Karenanya, dalam tiga hari perdagangan, PGAS belum sempat melakukan
buy back. PT Semen Gresik Tbk (SMGR) dan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) yang masing-masing menganggarkan dana Rp 1 triliun, juga belum menggunakan anggaran tersebut untuk memborong kembali saham mereka. PT Timah Tbk (TINS) yang menyiapkan dana Rp 100 miliar, juga belum melakukan
buy back hingga hari ketiga. "Kami masih melihat harga
buy back yang pas," kata Sekretaris Perusahaan TINS, Abrun Abubakar. Dana buy back masih banyak Sedangkan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) hingga hari ketiga juga baru mem-
buy back sekitar 2.390 lot saham saja. BUMN konstruksi ini baru mengeluarkan dana tak sampai Rp 200 juta. Padahal anggaran mereka mencapaiĀ Rp 140 miliar. "Karena mekanisme pembelian kembali dengan harga yang lebih rendah atau paling tidak sama dengan penutupan perdagangan hari sebelumnya," kata Sekretaris Perusahaan WIKA Imam Sudiyono. Kemarin, harga saham WIKA Rp 201 per saham atau naik 17,91% dibanding harga ketika
suspend, yaitu Rp 165 per saham. PT Adhi Karya Tbk (ADHI) sudah mengeluarkan dana sekitar Rp 500 juta. Adhi Karya menganggarkan dana sebesar Rp 50 miliar. "Ini kami keluarkan pada perdagangan hari pertama dan ketiga," kata Direktur Utama ADHI Indradjaja Manopol. Maklum, pada Selasa (14/10), saham BUMN termasuk ADHI terkena
auto rejection ke atas. Ujungnya, BUMN tidak melakukan pembelian kembali. Indra mengatakan dana
buy back tidak akan mengganggu kas dan ekspansi perusahaan. "Tiga bulan terakhir, dana kas kami lumayan banyak ," kata Indra.
BUMN yang sudah melakukan
buy back cukup besar adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Antam menganggarkan dana Rp 200 miliar untuk program
buy back selama tiga bulan. "Hingga kemarin, Antam baru
buy back sekitar Rp 1,7 miliar," kata Sekretaris Perusahaan ANTM Bimo Budi Satriyo. Dia bilang kondisi global yang membaik membuat pasar naik meski
buy back BUMN sedikit. "Kalau pasar membaik, dana buy back ini kan bisa kami pakai keperluan lain," imbuh Bimo. Sementara PT Kimia Farma Tbk (KAEF) juga tidak ketinggalan menggelar
buy back. Di antara emiten BUMN yang melakukan pembelian kembali, anggaran KAEF memang paling kecil, yaitu Rp 20 miliar. Maklum, harga saham KAEF juga mini. Kemarin, harga saham KAEF ditutup Rp 96 per saham. "
Buy back kami belum banyak," kata Direktur Utama KAEF Sjamsul Arifin. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie