Baru sekitar 3,25% potensi bioenergi yang sudah dimanfaatkan



JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong pemanfaatan potensi bioenergi. Saat ini, Indonesia memiliki potensi bioenergi sebesar 49.810 megawatt (MW), sementara yang sudah dimanfaatkan baru 1,618 MW atau sektiar 3,25% dari potensi yang ada.Dirjen Energi Terbarukan dan Konservasi Energi Kementrian ESDM Luluk Sumiarso mengatakan, pemanfaatan bioenergi di Indonesia perlu ditingkatkan lagi. Karena itu, Luluk meminta kepada perusahaan swasta maupun negeri agar memanfaatkan potensi bioenergi tersebut. "Saat ini kami mengundang sejumlah perusahaan untuk diskusi bersama soal strategi pengembangan bioenergi ini," ujar Luluk, Selasa (24/5).Luluk menegaskan, dengan memanfaatkan teknologi bioenergi, Indonesia tidak hanya dapat meningkatkan ketahanan energi, tapi juga mempunyai kesempatan besar untuk memberikan kontribusi terhadap penyediaan energi bersih kepada masyarakat dunia. Energi bersih dapat disediakan melalui penyediaan biodiesel. Dalam kesempatan itu luluk juga membeberkan bahwa kementerian ESDM dalam waktu dekat akan mempublikasikan energi hidro. "Saat ini, kami sedang dalam proses pengembangan energi hidro," jelas Luluk. Energi Hidro adalah energi yang diambil dari air dan dikonversi menjadi listrik.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Darwin Zahedy Saleh menambahkan, pemerintah akan terus mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan seperti berbasis bahan bakar dan listrik. Salah satunya dengan melakukan sinkronisasi antara pemangku kepentingan yang bergerak di sektor energi terbarukan.

Selain itu, Darwin juga menekankan agar pertumbuhan penggunaan sejumlah energi alternatif dapat terus ditingkatkan. Darwin mendorong pemanfaatan sampah juga agar dapat diolah sehingga dapat dijadikan energi.


Dia juga berjanji akan meningkatkan pemanfaatan bioenergi. Pemerintah akan terus mendorong peningkatan pemanfaatan olahan kelapa sawit (crude palm oil). "Dari 20 juta ton produksi kelapa sawit kita dalam setahun hanya 5 juta ton yang digunakan untuk pangan, sementara 15 juta ton diekspor," jelas Darwin.Darwin meminta agar perusahaan dalam negeri meningkatkan nilai tambah kelapa sawit dengan mengolahnya di dalam negeri dan semaksimal mungkin digunakan untuk kebutuhan dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini