JAKARTA. Ketua Fraksi Gerindra DPRD DKI M Sanusi angkat bicara, menanggapi perseteruan antara Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, dengan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham Lunggana (Lulung).Sanusi mengatakan, Basuki dan Lulung sudah kenal baik.”Mereka berteman, jadi kalau ada persepsi berbeda, wajar saja, enggak ada yang spesial. Kalau orang demo pasti arogan. Demo pasti ingin menunjukkan diri. Orang demo pasti minta perhatian, makanya wajib ditemui. Kalau kurang jelas, dijelasin. Kalau salah persepsi, disamakan, kalau harus minta maaf ya minta maaf,” tutur Sanusi, Senin (29/7/2013).Kerasnya ucapan Basuki, lanjutnya, jangan selalu dikotomi sebagai arogansi. Menurutnya, warga Jakarta sangat belum terbiasa dengan perbedaan karakter pemimpin.”Menurut saya, yang terpenting adalah esensi materinya. Jadi, yang berbeda karakter tidak harus disalahkan. Memang ada benarnya, kalau punya tujuan baik dengan penyampaian tidak baik, bisa jadi persepsi berbeda. Menurut saya, pelan-pelan Pak Wagub juga mengerti bagaimana caranya mengarahkan warga, tapi yang penting esensinya,” paparnya.Menurut anggota Komisi D, karakter Basuki di dunia swasta adalah karakter biasa.”Dia bukan arogan, tapi sejak dulu tidak pernah ada karakter gubernur atau wagub yang seperti dia, lebih lantang, lebih tegas. Padahal, kerasnya dia keras benar,” kata pria yang biasa disapa Uci. Sebagai orang Sumatera, menurut Uci, berbicara seperti itu adalah hal biasa.”Di Belitung enggak ada yang komplain soal cara ngomong Ahok. Karena itu pembawaan, jangan kita men-judge pribadinya. Kalau kita hargai kemajemukan, hargai jugalah Wagub," ujarnya."Kalau kultur Betawi minta hal berbeda, pelan-pelan juga berubah. Itu karakter dia dari kecil, mau diminta berubah begitu saja ya tidak bisa. Membangun Jakarta tidak bisa asal yes boss, harus sedikit tangan keras, profesional, dan persuasif. Memang tidak mudah,” bebernya. (Tribunnews.com)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Basuki dinilai bukan arogan tapi tegas
JAKARTA. Ketua Fraksi Gerindra DPRD DKI M Sanusi angkat bicara, menanggapi perseteruan antara Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, dengan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham Lunggana (Lulung).Sanusi mengatakan, Basuki dan Lulung sudah kenal baik.”Mereka berteman, jadi kalau ada persepsi berbeda, wajar saja, enggak ada yang spesial. Kalau orang demo pasti arogan. Demo pasti ingin menunjukkan diri. Orang demo pasti minta perhatian, makanya wajib ditemui. Kalau kurang jelas, dijelasin. Kalau salah persepsi, disamakan, kalau harus minta maaf ya minta maaf,” tutur Sanusi, Senin (29/7/2013).Kerasnya ucapan Basuki, lanjutnya, jangan selalu dikotomi sebagai arogansi. Menurutnya, warga Jakarta sangat belum terbiasa dengan perbedaan karakter pemimpin.”Menurut saya, yang terpenting adalah esensi materinya. Jadi, yang berbeda karakter tidak harus disalahkan. Memang ada benarnya, kalau punya tujuan baik dengan penyampaian tidak baik, bisa jadi persepsi berbeda. Menurut saya, pelan-pelan Pak Wagub juga mengerti bagaimana caranya mengarahkan warga, tapi yang penting esensinya,” paparnya.Menurut anggota Komisi D, karakter Basuki di dunia swasta adalah karakter biasa.”Dia bukan arogan, tapi sejak dulu tidak pernah ada karakter gubernur atau wagub yang seperti dia, lebih lantang, lebih tegas. Padahal, kerasnya dia keras benar,” kata pria yang biasa disapa Uci. Sebagai orang Sumatera, menurut Uci, berbicara seperti itu adalah hal biasa.”Di Belitung enggak ada yang komplain soal cara ngomong Ahok. Karena itu pembawaan, jangan kita men-judge pribadinya. Kalau kita hargai kemajemukan, hargai jugalah Wagub," ujarnya."Kalau kultur Betawi minta hal berbeda, pelan-pelan juga berubah. Itu karakter dia dari kecil, mau diminta berubah begitu saja ya tidak bisa. Membangun Jakarta tidak bisa asal yes boss, harus sedikit tangan keras, profesional, dan persuasif. Memang tidak mudah,” bebernya. (Tribunnews.com)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News