Batal Beli Indonesian Tower, Telkom Mencari Bidikan Baru



Jakarta. Rencana ekspansi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) terganjal. Perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia ini membatalkan rencana akuisisi PT Solusindo Kreasi Pratama (Indonesian Tower) melalui anak perusahaannya, PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel). Wakil Presiden Komunikasi dan Urusan Publik TLKM Eddy Kurnia menyatakan, aksi korporasi tersebut batal karena kedua pihak tidak mencapai kecocokan harga. “Ada beberapa hal yang tidak bisa kami temukan titik temunya, salah satunya soal harga,” katanya, kemarin (6/12). Sayang, dia tidak mau menyebutkan jumlah penawaran dan selisih harga yang dimaksud. Semula, Mitratel berniat mengakuisisi 80% saham Indonesian Tower. Langkah ini merupakan bagian strategi Mitratel menjadi perusahaan menara telekomunikasi terbesar di tanah air. Sebagai gambaran, Indonesian Tower memiliki lebih dari 2.800 menara di seluruh Indonesia. Pelanggan tetap atau customer base mereka mencapai 1.400 penyewa. Tahun 2008, pendapatan perusahaan ini sebesar Rp 300 miliar. Eddy mengatakan, TLKM mematok empat syarat sebelum mengakuisisi sebuah perusahaan. Pertama, perusahaan itu bergerak di bidang telekomunikasi, informasi, media, dan edutainment (pendidikan dan hiburan). Kedua, TLKM harus menjadi pengendali. Ketiga, kinerja perusahaan itu harus sehat. Terakhir, harganya sesuai. Menurut Eddy, Indonesian Tower memenuhi syarat satu dan dua. Berarti, mungkin, yang mengganjal akuisisi adalah ketidakcocokan harga dan kinerja perusahaan itu yang tak sesuai keinginan Telkom. Selanjutnya, TLKM akan memindahkan alokasi dana akuisisi Indonesian Tower untuk pengembangan menara telekomunikasi Mitratel. Namun, nafsu akuisisi TLKM atas perusahaan lain tidak kendur. Saat ini, lanjut Eddy, TLKM sedang memilah-milah tawaran akuisisi dari perusahaan telekomunikasi, informasi, media dan edutainment. Sayangnya, dia belum mau menyebut identitas perusahaan yang jadi target akuisisi tersebut. Kabar aliansi Flexi & Esia Oh, iya, Eddy juga menepis dugaan bahwa akuisisi Indonesian Tower batal lantaran TLKM sedang fokus mengkaji penggabungan Flexi dan Esia milik PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL). “Kami tidak punya niatan mengakuisisi BTEL,” tegas dia. Padahal, belum lama ini, Direktur Keuangan TLKM Sudiro Asno mengungkapkan, pihaknya tengah melakukan pembicaraan dengan BTEL. Ada kemungkinan, TLKM tidak melanjutkan akuisisi atau merger dengan BTEL karena tidak mendapat lampu hijau dari pemerintah, selaku pemegang saham pengendali. "Menurut saya, lebih baik kita jalankan saja apa yang sudah ada dulu,” ujar Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar, akhir pekan lalu. Willy Sanjaya, pengamat pasar modal menilai, keengganan pemerintah belum tentu otomatis memadamkan hasrat TLKM bersanding dengan BTEL. "Untuk BUMN, mengakuisisi perusahaan swasta sebesar BTEL agak sulit, karena isunya sensitif," katanya. Yang lebih mungkin membentuk perusahaan patungan. Sehingga, kerjasama jaringan Flexi-Esia dapat dilakukan. Sekadar tambahan informasi, target jumlah pelanggan TLKM akhir 2009 sebanyak 90 juta. Dari jumlah itu, 16,5 juta pelanggan diharapkan dari Telkom Flexi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test