Batal berangkatkan haji, ini tanggapan Garuda Indonesia (GIAA)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) berpotensi kehilangan triliunan rupiah lantaran tidak akan memberangkatkan jemaah haji tahun 2020 ini.

Berdasar penelusuran Kontan.co.id sebelumnya, Kementerian Agama mengumumkan pembatalan layanan ibadah haji tahun 2020 karena belum mendapat kepastian kebijakan dari pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Padahal, pemberangkatan jemaah haji berkontribusi cukup besar terhadap pendapatan GIAA.

"Haji itu berkontribusi sekitar 10% pendapatan Garuda di tahun-tahun sebelumnya," jelas Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra kepada Kontan.co.id, Rabu (3/6).


Baca Juga: BUMN peroleh kucuran dana Rp 52,57 triliun, BUMN apa saja yang dapat dana?

Sekedar informasi, mengutip laporan keuangan GIAA sepanjang tahun 2019, dari segmen penerbangan tidak terjadwal haji, GIAA bisa mengantongi pendapatan hingga US$ 234,27 juta. Jumlah tersebut setara 5,13% dari total pendapatan GIAA yang mencapai US$ 4,57 miliar.

Jika menggunakan kurs rupiah per Rabu (3/6) yang sebesar Rp 14.245 per dolar AS, maka GIAA akan kehilangan pendapatan hingga Rp 3,34 triliun.  

Sementara di tahun 2018, kontribusi segmen penerbangan tidak terjadwal haji mencapai US$ 206,06 juta atau setara Rp 2,94 triliun menggunakan kurs hari ini. Jumlah tersebut setara 4,72% dari total pendapatan GIAA sepanjang tahun 2018 yang mencapai US$ 4,37 miliar.

Baca Juga: Mayoritas pemegang sukuk Garuda (GIAA) menyetujui proposal consent solicitation

Lebih lanjut Irfan menjelaskan, untuk menutup pendapatan yang terkoreksi karena ketiadaan segmen penerbangan haji, pihaknya akan mencari pendapatan dari sumber lainnya. "Seperti kargo dan charter," imbuh Irfan.

Irfan mengatakan, semenjak awal tahun kontribusi dari dua segmen tersebut meningkat karena segmen penerbangan berjadwal penumpang terbatas.

Sekadar informasi, berkaca dari laporan keuangan di tahun 2019. Segmen penerbangan tidak berjadwal charter berkontribusi hingga US$ 15,64 juta atau setara 0,34% dari total pendapatan. Sementara segmen penerbangan berjadwal kargo dan dokumen mencapai US$ 326,94 juta atau setara 7,15% dari total pendapatan.

Baca Juga: Penerbangan haji batal, saham Garuda (GIAA) malah direkomendasikan beli

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati