KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Elon Musk, CEO Tesla dan orang terkaya di dunia, akhirnya membatalkan niatnya untuk mengakuisisi Twitter dalam kesepakatan bernilai US$ 44 miliar. Pembatalan akuisisi ini dilakukan Musk karena menganggap perusahaan media sosial itu telah melanggar beberapa ketentuan dalam perjanjian akuisisi. Twitter Chairman Bret Taylor mengatakan, di platform micro-blogging bahwa dewan perusahaan berencana untuk mengambil tindakan hukum agar rencana akuisisi ini tetap terlaksana. "Dewan Twitter berkomitmen untuk menutup transaksi pada harga dan persyaratan yang disepakati dengan Mr Musk," tulisnya.
Dalam pengajuan, pengacara Musk mengatakan Twitter telah gagal atau menolak untuk menanggapi beberapa permintaan informasi tentang akun palsu atau spam di platform, yang merupakan dasar kinerja bisnis perusahaan. "Twitter melakukan pelanggaran material terhadap beberapa ketentuan Perjanjian itu, tampaknya telah membuat pernyataan palsu dan menyesatkan yang diandalkan oleh Musk ketika memasuki Perjanjian Akuisisi," kata pengacara dalam pengajuan pembatalan kerjasama itu.
Baca Juga: Nilai Kekayaan 500 Miliarder Dunia Ambles pada Paruh Pertama 2022 Musk juga mengatakan, dia pergi karena Twitter memecat eksekutif berpangkat tinggi dan sepertiga dari tim akuisisi, melanggar kewajiban Twitter untuk "melestarikan secara substansial komponen material dari organisasi bisnisnya saat ini." Saham Twitter turun 6% menjadi US$ 34,58 dalam perdagangan yang diperpanjang. Posisi saham Twitter saat ini 36% di bawah kesepakatan yang telah disetujui Musk saat membeli Twitter di bulan April lalu, yakni di US$ 54,20 per saham. Saham Twitter melonjak setelah Musk mengambil saham di perusahaan pada awal April, melindunginya dari aksi jual pasar saham yang menghantam platform media sosial lainnya. Tetapi setelah dia setuju untuk mengakuisisi Twitter pada 25 April, dalam hitungan hari, saham perusahaan tersebut mulai turun karena investor berspekulasi Musk mungkin akan meninggalkan kesepakatan. Setelah bel perdagangan pada hari Jumat, Twitter diperdagangkan pada level terendah sejak Maret. Pengumuman ini merupakan putaran lain dalam saga yang dibuat Musk terkait akuisisi Twitter setelah mencapai kesepakatan pada bulan April. Di mana, dia kemudian menunda pembelian sampai perusahaan media sosial membuktikan bahwa akun spam menyumbang kurang dari 5% dari pengguna totalnya. Kontrak tersebut meminta Musk untuk membayar Twitter sebesar US$ 1 miliar jika dia tidak dapat menyelesaikan kesepakatan karena alasan seperti pembiayaan akuisisi gagal atau regulator memblokir kesepakatan. Namun, biaya perpisahan tidak akan berlaku jika Musk mengakhiri kesepakatan itu sendiri.
Baca Juga: Anak Elon Musk Ganti Nama dan Gender, Ingin Putus Hubungan dari Ayahnya Keputusan Musk kemungkinan akan menghasilkan pergumulan hukum yang berlarut-larut antara miliarder dan perusahaan berusia 16 tahun yang berbasis di San Francisco. Daniel Ives, seorang analis di Wedbush, mengatakan pengajuan Musk adalah berita buruk bagi Twitter. "Ini adalah skenario bencana untuk Twitter dan Dewannya karena sekarang perusahaan akan melawan Musk dalam pertempuran pengadilan yang panjang untuk menutup kesepakatan dan/atau biaya perpisahan minimal $ 1 miliar," tulisnya dalam sebuah catatan kepada klien.
Editor: Anna Suci Perwitasari