KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proyek listrik 35.000 megawatt (MW) selalu menjadi sorotan. Banyak kalangan pesimistis megaproyek kelistrikan ini bisa selesai sesuai target. Pada kenyataannya proyek ini pun molor dari target semula pada 2019. Masalah utama adalah pertumbuhan ekonomi yang tidak sesuai ekspektasi Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) yang ditargetkan tiap tahunnya tumbuh 7%. Sudah tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK berjalan dan pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 5%. Ini juga sejalan dengan penjualan listrik PT PLN (PLN) yang mulai terasa lambat pada tahun ini. Namun PLN tetap ingin meneruskan proyek listrik 35.000 MW. Direktur Perencanaan Korporat, Syofvi Felienty Roekman mengatakan PLN terus berkomitmen untuk melaksanakan proyek listrik 35.000 MW dan 46.000 kms transmisi. PLN hanya akan menyesuaikan penyelesaian proyek 35.000 MW. Penyesuaian akan dilakukan dengan mengkaji beban biaya yang harus ditanggung PLN. "Tetap kami lakukan. Melihat perkembangan pertumbuhan energi yang saat ini, ekspektasi di awal waktu diluncurkan, PLN sendiri juga harus mengatur ritme karena jangan sampai over. Kami terus lakukan review beban yang ada,kami di PLN harus encourage beban ini ke depan," jelas Syofvi pada Selasa (17/10) di Kantor Pusat PLN, Jakarta. Selain itu, PLN juga akan mengkaji proyek listrik 35.000 MW dengan penjualan listrik PLN. "Penyesuaian program masih dalam perhitungan kami karena kami harus berpikir bagaimana persoalan penjualan itu juga bisa teratasi,"ujarnya. Syofvi pun bilang saat ini program 35.000 masih terus berjalan. Jumlah kontrak yang belum ditandatangani oleh PLN dan Independent Power Producer pun hanya mencapai 2.000 MW. Dari data Kementerian ESDM terlihat kemajuan Proyek 35.000 MW per 15 September 2017 sebagai berikut:
Batal disetop, PLN sesuaikan proyek 35.000 MW
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Proyek listrik 35.000 megawatt (MW) selalu menjadi sorotan. Banyak kalangan pesimistis megaproyek kelistrikan ini bisa selesai sesuai target. Pada kenyataannya proyek ini pun molor dari target semula pada 2019. Masalah utama adalah pertumbuhan ekonomi yang tidak sesuai ekspektasi Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) yang ditargetkan tiap tahunnya tumbuh 7%. Sudah tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK berjalan dan pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 5%. Ini juga sejalan dengan penjualan listrik PT PLN (PLN) yang mulai terasa lambat pada tahun ini. Namun PLN tetap ingin meneruskan proyek listrik 35.000 MW. Direktur Perencanaan Korporat, Syofvi Felienty Roekman mengatakan PLN terus berkomitmen untuk melaksanakan proyek listrik 35.000 MW dan 46.000 kms transmisi. PLN hanya akan menyesuaikan penyelesaian proyek 35.000 MW. Penyesuaian akan dilakukan dengan mengkaji beban biaya yang harus ditanggung PLN. "Tetap kami lakukan. Melihat perkembangan pertumbuhan energi yang saat ini, ekspektasi di awal waktu diluncurkan, PLN sendiri juga harus mengatur ritme karena jangan sampai over. Kami terus lakukan review beban yang ada,kami di PLN harus encourage beban ini ke depan," jelas Syofvi pada Selasa (17/10) di Kantor Pusat PLN, Jakarta. Selain itu, PLN juga akan mengkaji proyek listrik 35.000 MW dengan penjualan listrik PLN. "Penyesuaian program masih dalam perhitungan kami karena kami harus berpikir bagaimana persoalan penjualan itu juga bisa teratasi,"ujarnya. Syofvi pun bilang saat ini program 35.000 masih terus berjalan. Jumlah kontrak yang belum ditandatangani oleh PLN dan Independent Power Producer pun hanya mencapai 2.000 MW. Dari data Kementerian ESDM terlihat kemajuan Proyek 35.000 MW per 15 September 2017 sebagai berikut: