Batal jadi tuan rumah PD, Qatar rugi US$ 16 miliar



Penyelenggaraan piala dunia di Qatar pada 2022 masih jadi tanda tanya. Pasalnya komite etik FIFA, saat ini tengah melakukan penyelidikan atas penunjukan Qatar sebagai tuan rumah piala dunia 2022.

Penyelidikan yang dipimpin oleh pengacara asal Amerika Serikat, Michael Garcia itu rencananya akan dilaporkan kepada Adjudicatory Chamber pada pertengahan bulan ini.

Jika penunjukan tersebut dibatalkan, Qatar diperkirakan akan mengalami kerugian sekitar US$ 16 miliar (Rp 187,5 triliun) yang diperuntukkan membangun stadion dan hotel.


Penelitian yang dilakukan oleh Bank of America Merrill Lynch (BoA Merril Lynch) belanja modal langsung yang dikeluarkan oleh Qatar, yang terkait dengan pembangunan stadion dan hotel nilainya sebesar US$ 16 miliar. Nilai itu setara dengan 7,5% PDB Qatar, atau 1-1,5% setiap tahun sampai dengan 2022. 

“Tanpa piala dunia Qatar akan kehilangan fokus dan mengalami penundaan proyek infrastruktur potensial. Tetapi masih mungkin untuk terus maju dalam beberapa bentuk,” kata Ekonom BofA Merril Lynch, Jean-Michel Saliba seperti dikutip dari ArabianBusiness.com.

Perusahaan asuransi Euler Hermes, seperti dikutip dari Al Arabiya News, bahkan menghitung, selain US$ 16 miliar yang dikeluarkan untuk stadion dan hotel, investasi Qatar di infrastuktur dan fasilitas lainnya untuk mendukung penyelenggaraan piala dunia nilainya bisa mencapai US$ 200 miliar. 

Nilai itu 50 kali lebih besar dari pada yang dikeluarkan oleh Afrika Selatan ketika menjadi tuan rumah piala dunia 2010, dan 10 kali lipat dari yang akan dikeluarkan Rusia sebagai tuan rumah penyelenggaraan piala dunia 2018.

Sebagai gambaran, Brasil yang menjadi tuan rumah piala dunia 2014 mengeluarkan investasi US$11,5 miliar. Namun kontribusi penyelenggaraan piala dunia itu kepada PDB Brasil hanya sekitar 0,2%.

Editor: Hendra Gunawan