Batal Terbitkan Obligasi, Telkomsel Cari Pinjaman



JAKARTA. Setelah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) menerbitkan obligasi senilai Rp 3 triliun untuk membiayai belanja modalnya, kini giliran PT Telkomsel yang mencari pinjaman. Anak perusahaan TLKM itu berharap mendapat pinjaman senilai Rp 3 triliun.

Direktur Utama PT Telkomsel Sarwoto Atmosutarno menjelaskan, rencana mencari pinjaman dari bank itu muncul setelah perusahaannya membatalkan opsi penerbitan obligasi. "Pada tahap awal, nilai pinjaman dari bank sekitar Rp 3 triliun," katanya, Jumat (11/6).

Sarwoto menambahkan, Telkomsel berusaha mendapatkan pinjaman dari bank-bank di dalam negeri. Ia beralasan, saat ini likuiditas perbankan di dalam negeri lebih baik dibandingkan perbankan luar negeri.


Sudah ada lima bank lokal yang siap menyalurkan pinjaman ke Telkomsel. "Sebagian besar merupakan bank pemerintah," tegas dia tanpa mengungkapkan identitas bank yang dimaksud.

Sarwoto berharap, Telkomsel bisa mencairkan fasilitas pinjaman baru tersebut pada Juni-Juli. Telkomsel mengalokasikan pinjaman dengan tenor lima tahun tersebut untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) dan belanja operasional alias operational expenditure (opex).

Sejak awal tahun ini, Telkomsel telah mengantongi beberapa fasilitas pinjaman. Misalnya, pada 2 Februari lalu, mereka telah mengantongi fasilitas pinjaman dari OCBC Indonesia dan OCBC NISP, masing-masing senilai Rp 100 miliar dan Rp 250 miliar.

Lalu, pada 2 Maret Telkomsel mendapat pinjaman US$ 250 juta dari Finnish Export Credit Ltd, sebuah lembaga keuangan asal Finlandia. Pinjaman itu dipakai untuk membiayai pembelian peralatan dan jasa dari Nokia Siemens Network.Jual 9.000 menara

Sarwoto menambahkan, Telkomsel juga telah menyelesaikan rencana penjualan menara ke TLKM. "Sekarang tinggal menunggu kesepakatan antara SingTel dan Telkom," tegas dia.

Menurut Sarwoto, jumlah menara yang akan dijual Telkomsel sekitar 9.000, dengan nilai jual sekitar Rp 1 miliar per menara. Jadi, untuk membeli 9.000 menara Telkomsel, TLKM butuh dana Rp 9 triliun.

Sudiro Asno, Direktur Keuangan TLKM mengaku pihaknya sudah memiliki stanby loan sebesar Rp 3 triliun hingga Rp 3,5 triliun dari beberapa bank untuk mendanai pembelian menara ini.

Arief Budi Satria, Pengamat Pasar Modal bilang, meski butuh modal besar, tahun ini TLKM bakal mengantongi keuntungan yang besar pula. " Untung bersih TLKM bisa dua digit setelah fokus ke bisnis layanan data," ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can