Batavia Finance Bakal Garap Alat Berat



JAKARTA. Batavia Prosperindo Finance, perusahaan pembiayaan yang selama ini baru menggarap pasar mobil bekas, tertarik mengembangkan sayap bisnisnya ke alat berat.

Ekspansi ini dilakukan sebagai diversifikasi usaha. "Tahun depan pembiayaan alat berat siap diluncurkan," kata Markus Dinarto Pranoto, yang baru menggantikan Buntarto Hartadi Sutanto sebagai Direktur Utama Batavia Prosperindo Finance, Rabu (21/9).

Namun, Markus belum bisa memastikan waktunya. Menurutnya, untuk terjun ke bisnis ini perlu persiapan sumber daya manusia yang mengerti seluk beluk alat berat.


Meski belum melakukan penjajakan dengan perbankan untuk modal pembiayaan alat berat, Markus mengaku tidak khawatir. "Sepanjang laba bagus, pendanaan tidak masalah," ujarnya. Dia juga mengklaim sudah mengantongi restu dari pemegang saham utama untuk ekspansi ini.

Rencana Batavia Finance masuk akal karena permintaan pembiayaan alat berat meningkat signifikan. Total pembiayaan alat berat tumbuh 17,75% menjadi Rp 58,75 triliun pada Juli tahun ini dibanding satu tahun sebelumnya.

Selama ini, Batavia Finance menggarap pembiayaan mobil bekas. Sampai Agustus, nilai penyaluran pembiayaan mobil bekas Batavia Finance tumbuh 16,2% dari periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 413,85 miliar. Komposisinya, 68% mobil penumpang dan 32% mobil komersial.

Batavia Finance mematok target pembiayaan Rp 650 miliar di akhir tahun, meningkat 20,8% dari realisasi tahun lalu. Rasio kredit bermasalah terhadap total kredit atau non performing loan (NPL) di Batavia Finance sekitar 1%-1,5%.

Batavia Finance juga akan menambah porsi pembiayaan mobil komersial menjadi 50%, dari rata-rata 40% setiap tahunnya. "Bunga efektif mobil komersial bisa beda 3% dari penumpang, sehingga pendapatan perusahaan bisa lebih tinggi," ujar Markus.

Manajemen Batavia Finance belum mematok kebutuhan dana tahun depan. Namun, Markus memperkirakan, modal Batavia masih aman sampai April tahun depan ditambah dengan plafon pinjaman saat ini Rp 600 miliar.

Markus menjelaskan, tahun ini Batavia Finance memperoleh utang dari Bank Mandiri Rp 200 miliar, BRI Rp 150 miliar, Bank Bukopin Rp 50 miliar, dan BII Rp 50 miliar. Porsi joint financing masih lebih tinggi daripada channeling.

Batavia Finance berencana menerbitkan saham baru (rights issue) pada 2013. Setelah penawaran tender akhir tahun lalu, saham yang beredar di publik saat ini tinggal 5,2%. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mengharuskan perusaaan melakukan rights issue dua tahun setelah tender offer, untuk melepas setidaknya 20% saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: