Batik yang sudah mendapat pengakuan sebagai warisan budaya dunia tidak lahir dari tangan perajin asal Yogyakarta, Solo, atau Pekalongan. Ada juga batik indramayu yang mulai banyak penggemar termasuk di luar negeri. Coraknya banyak dipengaruhi budaya Belanda, Arab, dan China.Selama ini, batik yogyakarta, solo, dan pekalongan lebih kesohor namanya. Padahal, beberapa daerah di negara kita juga mempunyai batik, tentunya dengan ciri khas masing-masing. Ambil contoh batik indramayu, yang tentu saja berasal dari Indramayu, memiliki komposisi warna yang cenderung gelap. Lantaran dari daerah pesisir, beberapa bentuk hewan laut, seperti udang, cumi, dan burung pantai, juga mendominasi motif batik indramayu. Tren baju batik mulai mengangkat nama batik Indramayu, tidak hanya di dalam negeri tapi juga luar negeri semisal Jepang. Tak heran, pengusaha batik indramayu bisa mendulang omzet mencapai Rp 300 juta per bulan. Siti Ruminah Sudiono, misalnya.Siti yang asli Cirebon sudah 11 tahun berbisnis batik indramayu. Ia mengatakan, sudah banyak corak batik indramayu yang dipatenkan. Dari tahun ke tahun jumlah yang dipatenkan terus bertambah.Pada 2003, baru ada sekitar 50 corak batin indramayu yang dipatenkan. Tapi, di 2005, jumlahnya melonjak menjadi 143 corak yang dipatenkan melalui Dewan Kerajinan Nasional Daerah Indramayu.Selain flora dan fauna pesisir, corak lain yang melekat pada batik indramayu adalah, penggambaran sejarah kedatangan Belanda ke Indramayu. Merak brunding salah satunya.Merak brunding adalah simbol penolakan masyarakat Indramayu terhadap Belanda. "Batik indramayu sangat terpengaruh budaya Belanda, Arab, dan Cina," kata Siti yang saat ini berumur 60 tahun.Itu sebabnya, banyak bentuk bunga tulip yang merupakan khas Negeri Kincir Angin di batik indramayu. Selain itu, ada juga corak segilima yang menggambarkan rukun Islam, dan corak burung hong yang merupakan perpaduan budaya Arab dan China. Menurut Muhayatun, pemilik batik indramayu merek Bintang Arut, batik indramayu punya nilai lebih karena mengandalkan corak tradisional. "Coraknya asli tidak bercampur corak luar daerah," ungkap dia.Saat ini, Siti memperkerjakan 63 pembatik untuk menghasilkan 100 batik tulis dan 1.000 batik cap saban bulannya. Dia lalu mengumpulkan batik-batik yang sudah jadi untuk dipajang di tokonya bernama Paoman Arts, tepat di pinggir Jalan Siliwangi, Indramayu. Di tokonya itu, Siti menjual batik tulis dengan harga Rp 100.000 hingga Rp 5 juta per lembar. Batik tulis paling mahal terukir di atas kain sutera thailand yang dikerjakan selama tiga bulan. "Semakin rumit corak dan jenis bahan kainnya, harganya semakin mahal," kata Siti.Sedang, batik cap dilego dengan harga Rp 40.000 sampai Rp 300.000. Setiap helai kain batik yang dijual berukuran 2 meter, pas untuk bahan sebuah baju.(Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Batik indramayu yang mulai kesohor hingga luar negeri (1)
Batik yang sudah mendapat pengakuan sebagai warisan budaya dunia tidak lahir dari tangan perajin asal Yogyakarta, Solo, atau Pekalongan. Ada juga batik indramayu yang mulai banyak penggemar termasuk di luar negeri. Coraknya banyak dipengaruhi budaya Belanda, Arab, dan China.Selama ini, batik yogyakarta, solo, dan pekalongan lebih kesohor namanya. Padahal, beberapa daerah di negara kita juga mempunyai batik, tentunya dengan ciri khas masing-masing. Ambil contoh batik indramayu, yang tentu saja berasal dari Indramayu, memiliki komposisi warna yang cenderung gelap. Lantaran dari daerah pesisir, beberapa bentuk hewan laut, seperti udang, cumi, dan burung pantai, juga mendominasi motif batik indramayu. Tren baju batik mulai mengangkat nama batik Indramayu, tidak hanya di dalam negeri tapi juga luar negeri semisal Jepang. Tak heran, pengusaha batik indramayu bisa mendulang omzet mencapai Rp 300 juta per bulan. Siti Ruminah Sudiono, misalnya.Siti yang asli Cirebon sudah 11 tahun berbisnis batik indramayu. Ia mengatakan, sudah banyak corak batik indramayu yang dipatenkan. Dari tahun ke tahun jumlah yang dipatenkan terus bertambah.Pada 2003, baru ada sekitar 50 corak batin indramayu yang dipatenkan. Tapi, di 2005, jumlahnya melonjak menjadi 143 corak yang dipatenkan melalui Dewan Kerajinan Nasional Daerah Indramayu.Selain flora dan fauna pesisir, corak lain yang melekat pada batik indramayu adalah, penggambaran sejarah kedatangan Belanda ke Indramayu. Merak brunding salah satunya.Merak brunding adalah simbol penolakan masyarakat Indramayu terhadap Belanda. "Batik indramayu sangat terpengaruh budaya Belanda, Arab, dan Cina," kata Siti yang saat ini berumur 60 tahun.Itu sebabnya, banyak bentuk bunga tulip yang merupakan khas Negeri Kincir Angin di batik indramayu. Selain itu, ada juga corak segilima yang menggambarkan rukun Islam, dan corak burung hong yang merupakan perpaduan budaya Arab dan China. Menurut Muhayatun, pemilik batik indramayu merek Bintang Arut, batik indramayu punya nilai lebih karena mengandalkan corak tradisional. "Coraknya asli tidak bercampur corak luar daerah," ungkap dia.Saat ini, Siti memperkerjakan 63 pembatik untuk menghasilkan 100 batik tulis dan 1.000 batik cap saban bulannya. Dia lalu mengumpulkan batik-batik yang sudah jadi untuk dipajang di tokonya bernama Paoman Arts, tepat di pinggir Jalan Siliwangi, Indramayu. Di tokonya itu, Siti menjual batik tulis dengan harga Rp 100.000 hingga Rp 5 juta per lembar. Batik tulis paling mahal terukir di atas kain sutera thailand yang dikerjakan selama tiga bulan. "Semakin rumit corak dan jenis bahan kainnya, harganya semakin mahal," kata Siti.Sedang, batik cap dilego dengan harga Rp 40.000 sampai Rp 300.000. Setiap helai kain batik yang dijual berukuran 2 meter, pas untuk bahan sebuah baju.(Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News