Batubara Australia tertekan Indonesia



JAKARTA. Harga batubara terseret meredupnya pamor komoditas global akibat isu Eropa. Kontrak pengiriman batubara untuk Juni 2012 di bursa ICE Newcastle, tumbang di bawah US$ 100 per ton, untuk pertama kalinya dalam 18 bulan terakhir.

Setelah menyentuh harga US$ 99,5 per ton, Selasa (8/5), batubara tertahan senilai US$ 99,8 per ton, Rabu (9/5).

Selain akibat outlook ekonomi global yang suram, harga batubara Newcastle, Australia, tergerus akibat peningkatan permintaan batubara berkalori rendah atau yang biasa disebut sub-bituminous. Batubara jenis itu banyak diproduksi oleh perusahaan asal Indonesia, eksportir terbesar di dunia.


Terhitung sejak awal Maret, harga batubara Indonesia yang berkandungan 5.000 kilokalori/kilogram, sudah menurun 7,6% menjadi US$ 73,28 per ton. Sedangkan penurunan harga batubara Australia yang berkalori 6.700 kkal/kg, mencapai 17% hingga di bawah US$ 100 per ton.

Tekanan atas harga batubara kalori tinggi terpicu peralihan China dan India ke batubara berkalori rendah. Dua negara itu banyak memburu batubara sub-bituminous seiring dengan peningkatan kebutuhan pembangkit listrik berbahan energi murah.

Sebanyak 35% impor batubara China berasal dari Indonesia. Sedangkan nilai impor batubara India dari Indonesia mencapai 75%. Tahun ini, produksi batubara Indonesia diperkirakan naik 8%.

"Batubara kalori rendah alias sub-bit akan lebih bertahan terdorong kenaikan permintaan utamanya dari China," kata Emmanuel Fages, Analis dari Roland Berger Strategy Consultant GmbH, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (10/5).

Peluang kenaikan

Ibraham, Analis Harvest International Futures, menilai, tekanan harga batubara juga datang dari data perdagangan China, selama April lalu, yang kurang mengesankan.

Impor China hanya naik 0,3%. Sedang ekspornya cuma naik 4,9%, jauh di bawah ekspektasi pasar. Prediksi dia, batubara masih akan melemah hingga tutup pekan ini.

Kiswoyo A. Joe, Analis Askap Futures, memprediksi, support batubara hari ini ada di US$ 97 per ton. "Pekan depan berpeluang naik hingga US$ 105, menilik tren permintaan yang bagus," tutur dia.

Arah laju harga batubara juga akan banyak dipengaruhi oleh prospek minyak mentah. Tekanan harga akan terus berlanjut jika belum ada sentimen positif pengungkit harga minyak. Harga minyak WTI kini, cenderung melemah, sekitar US$ 96,28 per barel. n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: