KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menyentuh level US$ 100 per metrik ton, boleh dikatakan batubara kembali jadi idola dalam sektor komoditas energi sepanjang tahun 2017. Naiknya harga minyak bantu batubara yang jadi komplementernya untuk ikut melambung. Apalagi dalam musim dingin yang ekstrem, China yang berusaha mengurangi polutan akhirnya berbalik menggunakan batubara demi keperluan penghangat. Batubara memasuki harga US$100 per metrik ton sejak pertengahan Desember, sebuah level yang terakhir terjadi pada Mei 2013 silam.
Setelah tarik ulur singkat, akhirnya di pengujung tahun, harga batubara Newcastle kontrak pengiriman Februari 2018 di ICE Future Exchange di Jumat (29/12) tutup dengan kenaikan 29,75% ke US$ 100,1 per metrik ton. Wahyu Tribowo Laksono, Analis Central Capital Futures jelaskan bahwa harga batubara sempat terguncang setelah China mengumumkan reformasi tambang dan pengurangan produksi batubara demi mengurangi polusi. Akibatnya harga batubara sempat menyentuh level US$ 47,52 per metrik ton pada kuartal II-2017. Untungnya pada kuartal III, Korea Selatan memberikan sinyal permintaan batubara yang kuat. Pada September, impor batubara ke Negeri Ginseng ini mencatat rekor 11,3 juta ton. Impor ini untuk keperluan pembangkit listrik mereka yang sempat terganggu karena reaktor nuklirnya mengalami masa perbaikan. Adapun pemogokan yang sempat terjadi pada tambang batubara di Australia dan gangguan cuaca di Indonesia menyebabkan suplai batubara terkikis. Dengan demikian di akhir kuartal ketiga harga sudah memasuki level US$ 50 per metrik ton lagi. Tak hanya itu, memasuki musim dingin, permintaan China malah meningkat tajam. Gas alam rendah polusi yang digunakan untuk penghangat rumah tangga tak cukup menahan suhu dingin yang ekstrem dan menyebabkan impor batubara ke negeri tersebut meningkat tajam.
"Kebijakan substitusi gas alam China sedang dicoba tapi belum mantap dan terkendala. Jadi batubara masih diperlukan China terkait permintaan yang tinggi di musim dingin," jelas Wahyu, kepada KONTAN, Rabu (3/1) Wahyu perkirakan, harga batubara tahun depan bakal menguat ke kisaran US$ 70 - US$ 120 per metrik ton. Pasalnya, China masih menjadi faktor yang besar. Adapun pemerintahan Presiden AS Donald Trump sangat pro-batubara dan ekspansi industri, sehingga baik produksi dan permintaan dari AS bakal meningkat. Ingat juga, saat harga minyak melambung, maka harga batubara juga akan ikut naik. Pasalnya, saat harga minyak terlalu tinggi, maka pasar bakal beralih ke batubara yang harganya lebih murah. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto