Batubara laris, penambang sulit mendapat alat berat



JAKARTA. Permintaan batubara dari dalam negeri dan ekspor naik pesat. Celakanya, produsen batubara kesulitan menambah alat berat, seperti buldoser, ekskavator, dump truck dan jenis lain.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Batubara Indonesia (APBI), Supriatna Sahala membenarkan, banyak pengusaha tambang batubara sedang kesulitan mendapatkan alat berat. Bahkan, kesulitan tersebut sudah berlangsung sejak akhir 2010.

Dia belum tahu persis jumlah pembeli alat berat yang mengantre dan maupun jumlah indent alat berat. "Yang jelas makin sulit, misalnya membeli truk tambang ada beberapa perusahaan yang terpaksa harus indent selama setahun" kata Supriatna kepada KONTAN, Selasa (15/3).


Kesulitan mendapatkan alat berat itu agaknya terdorong ekspansi besar-besaran perusahaan batubara. Pesta pora pebisnis batubara ini sekadar mengimbangi kenaikan permintaan batubara, utamanya dari China dan India.

Kebutuhan batubara bagi proyek pembangkit listrik 10.000 Megawatt (MW) tahap I dan II turut memacu produksi batubara. "Ditambah lagi harga batubara sedang bagus," terang Supriatna.

Supriatna menilai, harga batubara berkorelasi positif dengan permintaan alat berat. Berdasarkan riset dari Philip Securities, tahun ini permintaan alat berat hanya dari industri pertambangan naik 13% menjadi 4.673 unit. Tahun lalu, permintaan alat berat dari industri pertambangan sebanyak 4.133 unit. Tahun 2009, permintaan alat berat dari industri pertambangan sekitar 3.175 unit.

Kenaikan permintaan alat berat ini terus mengekor peningkatan produksi batubara Indonesia. Tahun 2009 misalnya, produksi batubara mencapai 260 juta ton. Jumlah ini melampaui target produksi sebesar 230 juta ton. Tahun lalu, produksi batubara mencapai 300 juta-320 juta ton, melebihi target produksi yang sebesar 275 juta ton. Tahun ini, kalangan produsen menargetkan produksi batubara sebanyak 340 juta ton.

Mayoritas batubara

Tak pelak, permintaan alat berat pun melonjak tajam. Corporate Secretary PT United Tractors Tbk, perusahaan distributor alat berat, Sara Loebis mengakui, lantaran permintaan tinggi, para pembeli terpaksa harus menunggu selama beberapa bulan.

Masa indent pembelian alat berat kategori kecil dan sedang, berlangsung selama tiga hingga empat bulan. Masa tunggu pembelian alat berat kategori besar berlangsung antara enam hingga delapan bulan. "Ada beberapa model yang butuh indent lebih lama lagi," kata Sara.

UNTR memasarkan alat berat merek Komatsu. Menurut Sara, penjualan alat berat UNTR selama ini kebanyakan diserap sektor pertambangan. Porsinya 40% dari total penjualan. Pada Januari 2011 penjualan alat berat UNTR mencapai 731 unit.

Dari jumlah itu, sebanyak 541 unit dibeli industri pertambangan, khususnya batubara dan sebagian kecil ke pertambangan nikel. Sisanya masuk sektor pertanian, kehutanan dan konstruksi. Tahun 2010, UNTR menjual 5.386 unit alat berat ke berbagai industri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini