Batubara masih dalam tren positif hingga awal 2017



JAKARTA. Harga batubara masih kokoh di tengah ancaman kenaikan produksi di China. Efek kenaikan produksi hanya terjadi dalam jangka pendek, sementara tren batubara masih positif hingga jangka menengah.

Mengutip Bloomberg, Jumat (4/11), harga batubara kontrak pengiriman Desember 2016 di ICE Futures Exchange menguat 3,6% ke level US$ 106,75 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, harga batubara menanjak 8,2%.

Harga batubara sempat menyentuh level US$ 110,4 per metrik ton pada Selasa (1/11). Selanjutnya, batubara tergerus selama dua hari berturut-turut sebelum kembali menguat pada akhir pekan.


Analis PT Central Capital Futures, Wahyu Tri Wibowo menjelaskan, China sebagai salah produsen sekaligus konsumen utama batubara melihat kenaikan harga yang terjadi saat ini sudah cukup signifikan. Upaya China memangkas produksi batubara rupanya memberi dampak lebih dari harapan. "Oleh karena itu, China mulai melakukan intervensi," tuturnya.

Harga batubara yang lebih tinggi telah menjadi bumerang di China. Seiring datangnya musim dingin, pemerintah khawatir produsen batubara tidak memiliki cukup pasokan. Namun kenaikan harga dapat menyebabkan masalah lain seperti adanya inflasi. Hal ini mengingat lonjakan harga batubara dapat menimbulkan kenaikan pada tagihan listrik rumah tangga maupun pabrik.

"Intervensi dari China tersebut pastinya akan mempengaruhi harga dalam jangka pendek. Namun jangka menengah masih tergantung dari kebijakan lebih lanjut dari China," kata Wahyu.

Harga batubara pun masih cukup positif dengan dukungan kenaikan permintaan menjelang musim dingin akhir tahun. "Pasokan dari China masih menjadi penahan harga batubara dari kejatuhan," lanjut Wahyu.

Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoint Futures juga memperkirakan prospek batubara akan terus positif. tingginya permintaan batubara di China maupun negara Asia lainya masih menjadi penopang harga. Lalu cadangan batubara Indonesia yang tercatat sebagai eksportir terbesar kini mulai menipis.

Deddy memprediksi, jika level US$ 110 per metrik ton mampu kembali ditembus, harga berpotensi terkoreksi ke level US$ 90 - US$ 100 hingga akhir tahun. Aksi ambil untung menjadi sentimen pergerakan harga, apalagi jika China terus meningkatkan angka produksi sehingga menahan kenaikan harga.

Dalam jangka menengah, yakni hingga kuartal I-2017, Wahyu memprediksi harga batubara akan bergerak pada kisaran US$ 70-US$ 132 per metrik ton.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini