Batubara masih sulit terbang tinggi



JAKARTA. Tekanan negatif juga membayangi pergerakan harga batubara sepanjang semester satu 2017 lalu. Analis menilai tren ini belum akan berubah sampai akhir tahun. Walau memang penurunan akan lebih terbatas. Mengutip Bloomberg, Jumat (30/6) harga batubara kontrak pengiriman Agustus 2017 di ICE Futures Exchange melorot 0,39% ke level US$ 76,90 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Sejak akhir tahun 2017 harga sudah menukik 1,03% dengan catatan pelemahan sebesar 3,34% sepanjang kuartal dua 2017 lalu. Wahyu Tribowo Laksono, Analis PT Central Capital Futures mengungkapkan ada beberapa katalis yang menekan harga batubara. Pertama, rendahnya harga minyak mentah dunia dan gas alam. Dua komoditas energi ini merupakan substitusi batubara, ketika kedua harga komoditas tersebut murah wajar pelaku pasar mengurangi permintaan batubara apalagi batubara dikenal tidak ramah lingkungan berbeda dengan gas alam. Beban tambahan juga datang dari tingginya upaya pelaku pasar untuk mengurangi kebutuhan akan batubara. Salah satunya dengan penggunaan energi bio surya sebagai pembangkit listrik. Proyeksi BNEF, sebanyak 369 Giga Watt proyek pembangkit batubara global terancam dibatalkan. "Ini membuat harga sulit menembus lagi level US$ 80 per metrik ton," imbuh Wahyu.

Walau memang penurunan juga terbatas sebab diperkirakan permintaan batubara di Asia terutama India dan China masih akan tinggi mengingat murahnya harga batubara. Lihat saja impor batubara china periode Januari - Mei 2017 naik 29,6% menjadi 111,68 juta ton dibanding periode sama tahun lalu sehingga data ini cukup menopang pergerakan harga. Berkaca pada faktor ini Wahyu menilai harga batubara belum akan menyentuh level terendahnya sejak Desember 2016 lalu di US$ 71,95 per metrik ton yang disentuh pada 15 Mei 2017 lalu. Harga dinilai masih akan kuat bertahan di atas level US$ 75 per metrik ton hingga akhir tahun 2017 nanti. "Nanti musim panas ini permintaan untuk pendingin ruangan akan naik, jelang akhir tahun permintaan pun secara historis ikut naik maka bagus untuk harga," tutur Wahyu.

Dukungan datang dari perkiraan International Energy Agency (IEA) permintaan batubara di Juli 2017 Juli diprediksi sebesar 71,4 juta ton dan naik menjadi 72,5 juta ton pada bulan Agustus. Di saat bersamaan Energy Information Administration (EIA) stok batubara AS akan turun di Juni 2017 menjadi 164,1 juta ton atau turun 1% dibanding bulan sebelumnya. Lalu turun lagi menjadi 158,5 juta ton di Juli 2017 dan mencapai puncaknya di September 2017 menjadi 141,9 juta ton.


Dengan jejeran katalis positif itu Wahyu menilai kans harga menembus level tertingginya lagi masih terbuka. Memang pada 3 April 2017 lalu harga batubara sempat menembus level US$ 81,90 per metrik ton atau level tertingginya sejak November 2016 lalu. "Setidaknya sampai kuartal tiga 2017 nanti harga batubara bisa di kisaran US$ 75-US$ 90 per metrik ton," duga Wahyu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan