Batubara memble, PTBA tetap kece



JAKARTA. Memudarnya pesona batubara turut menyeret industri komoditas tersebut. Tapi, tak semua perusahaan di sektor itu memble.

Lihat saja harga saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) terlihat kece. Secara year to date, saham BUMN ini melonjak 37% Padahal pemain lain seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO) baru mencicipi kenaikan 24%. ytd.

"Ini tak lepas dari volume produksi dan penjualan batubara dan efisiensi biaya produksi PTBA," ujar analis Danareksa Sekuritas Stefanus Darmagiri kepada KONTAN, (31/3).


Berbicara soal produksi, PTBA memang memiliki fundamental yang mendukung kenaikan kapasitas. Penyelesaian rel jalur ganda yang menghubungkan area tambang PTBA di Tanjung Enim dan Prabumulih diperkirakan mengangkat kapasitas pendistribusian batubara perusahaan hingga 50% yoy menjadi 23,7 miliar ton.

Tidak hanya itu, kenaikan kapasitas masih didukung pengoperasian Pelabuhan Tarahan pada April nanti. Alhasil, tahun ini volume produksi perusahaan melejit 33,3% yoy menjadi 25,7 juta ton. Tapi target konservatif, kenaikan 12,2% menjadi 21,6 juta ton.

Untuk menjaga kinerja, perusahaan tinggal menjaga kualitas bottom line dengan melakukan efisiensi. Ada beberapa strategi efisiensi PTBA. Pertama, memperpendek jarak jalan di area pertambangan.

Kedua, negosiasi lebih lanjut ke para kontraktor tambang untuk mengurangi fee mereka. Ketiga, menggunakan sekop elektrik untuk proses pengangkutan batubara di area tambang.

Dengan sejumlah faktor lain terkait efisiensi, cash cost PTBA tahun ini diprediksi turun 5% -10%. "Margin PTBA tetap sustain, meski kilau batubara memudar," tambah Stefanus.

Dia memprediksi, margin kotor PTBA tahun ini 26% dan meningkat menjadi 28,8% hingga tahun 2018 mendatang. Sementara, margin laba bersih tahun ini diprediksi 10,8% dan 18,9% pada tahun 2018.

Ariyanto Kurniawan, analis Mandiri Sekuritas, memberi pandangan senada. Kilau PTBA salah satunya datang dari kemampuan perseroan memaksimalkan produksi dibalik besarnya cadangan batubara.

Jalur ganda

Prabumulih-Pelabuhan Tarahan ditargetkan beroperasi pada 2018. "Jadi, di 2018 ada tambahan kapasitas distribusi batubara 20 juta ton," ujar Ariyanto, dalam riset 29 Maret lalu.

Analis Sinarmas Sekuritas James Wahyudi dalam riset 4 Maret lalu menambahkan infrastruktur dan efisiensi menjadi penopang fundamental PTBA. Tapi, jangan lupa, perusahaan memiliki ruang memperbesar penjualan ekspor batubara kalori menengah dan kalori tinggi.

Secara fundamental, ketiga analis kompak merekomendasikan buy. Stefanus menetapkan target Rp 8.800 per, Ariyanto Rp 7.500 dan James Rp 7.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie