JAKARTA. Harga batubara terjebak di kisaran US$ 90 per barel. Kontrak pengiriman batubara untuk Juli 2012, Kamis (28/6), senilai US$ 89,90 per ton. Nilai itu turun tipis 0,06% dari posisi penutupan di hari sebelumnya. Aral terakhir yang menghadang harga batubara adalah prospek hasil pertemuan antara para pimpinan negara anggota Uni Eropa. Spekulasi bahwa Kanselir Jerman, Angela Markel, enggan menyetujui rencana pemberian talangan, menghambat gerak naik harga batubara. Prospek pertumbuhan ekonomi China yang lesu, juga menggelincirkan batubara. Para pemain di pasar komoditas, hingga kini, menanti agenda Pemerintah China untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonominya.
Proyeksi ekonomi China sangat menentukan arah batubara. Selain berstatus mesin utama ekonomi global, Negeri Tembok Raksasa itu merupakan pengguna batubara terbesar di dunia. "Batubara merupakan komoditas energi. Harga batubara tergantung dari perekonomian dunia. Bila perekonomian dunia turun, maka, harga batubara juga melemah,” kata Kiswoyo Adi Joe, analis Asia Kapitalindo Futures. Pergerakan harga batubara yang lesu, belakangan ini, menurut Kiswoyo, berhubngan dengan penurunan penggunaan batubara untuk industri di China dan Amerika Serikat (AS). Tren penurunan penggunaan batubara bisa dibilang wajar, mengingat harga gas, saat ini lebih murah. Melemah pekan ini Harga gas melandai karena banyak cadangan komoditas itu sedang tinggi-tingginya di Negeri Paman Sam. Amerika yang juga memiliki cadangan batubara dalam jumlah besar, memilih penggunaan gas, dan mengekspor batubara ke China dengan harga murah. Pasokan batubara yang deras dari Amerika, memangkas permintaan terhadap komoditas energi serupa dari Australia maupun Indonesia. Secara keseluruhan, permintaan batubara melandai, dan tentunya, harga melemah. Analis Harvest international Futures, Ibrahim, menambahkan, harga batubara bergerak sejalan berbagai komoditas lain, termasuk emas. Ia menduga, para pemodal di bursa komoditas masih meragukan pertemuan Uni Eropa. Itu yang menyebabkan harga komoditas tersendat selama pekan ini. Sekadar catatan, pertemuan UE berlangsung kemarin dan hari ini, sementara harga batubara terbaru adalah harga per Kamis (28/6).
Respon positif terhadap pertemuan UE sudah terlihat di pasar valuta. Besar kemungkinan, para pemain komoditas mengambil reaksi yang sama. Apalagi, stok batubara di Amerika, diperkirakan semakin menipis. Kiswoyo memprediksi, harga batubara, sepanjang bulan depan memiliki support di US$ 85 per ton, dan resistance US$ 95 per ton, dengan kecenderungan menguat. Proyeksi Kiswoyo untuk harga batubara pekan ini berkisar US$ 85 hingga US$ 90, dengan kecenderungan menurun. Ibrahim sepakat, harga batubara berpeluang menguat, bulan depan. Pekan ini, dia memprediksi harga batubara cenderung menurun di rentang US$ 85,50-US$ 89,50. Sedang bulan depan, batubara cenderung menguat di atas kisaran US$ 90 per barel. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini