Batubara rentan koreksi



JAKARTA. Harga batubara kembali rebound setelah dalam tiga hari terakhir mengalami koreksi. Salah satu faktor yang mendorong kenaikan harga batubara diduga setelah terjadi penurunan produksi di Indonesia dan Amerika Serikat. Namun, analis menduga rebound harga batubara ini masih bersifat terbatas.

Mengutip Bloomberg, Kamis (25/6) harga batubara kontrak pengiriman Juli 2015 di bursa ICE Commodity Exchange tercatat merangkak naik 0,16% ke level US$ 60,90 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Begitu pun dalam sepekan terakhir harga batubara masih merosot 0,32%.

Adapun produksi batubara Indonesia periode Januari - Mei 2015 tercatat turun 19% ke level 166 juta ton. Sedangkan Energy Information Administration (EIA) produksi batubara AS Juni 2015 terkikis 8,5% atau hanya 425,7 metrik ton.


“Penurunan produksi ini ditangkap pasar sebagai sinyal positif bagi harga,” jelas Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures. Ditambah lagi usaha Indonesia dengan menerapkan pembatasan produksi batubara yang bisa menjadi katalis positif.

Sehingga Deddy melihat harga batubara sedang mencari keseimbangan harga yang baru. Ditambah dengan sinyal naiknya permintaan dari salah satu perusahaan listrik besar di Korea Selatan untuk pengiriman Agustus – September 2015 menjadi 140 juta ton. Rencananya batubara itu akan digunakan untuk operasional PLT Boryeong.

“Tapi ini lantas ini tidak merubah tren harga batubara yang masih berselimut tren bearish,” duga Deddy. Pasalnya faktor permintaan masih menjadi beban utama bagi naiknya harga batubara.

Permintaan global belum membaik apalagi di tengah tekanan isu penggunaan energi ramah lingkungan. Mendorong konsumen batubara memilih beralih menggunakan energi alternatif seperti gas alam yang lebih ramah lingkungan. Ini juga didukung dengan murahnya harga gas alam di pasar global saat ini.

Berkaca pada hal ini Deddy menduga harga batubara Jumat (26/6) malam masih akan bergerak konsolidasi cenderung koreksi. “Area US$ 63 – US$ 64 per metrik ton masih menjadi penahan yang jika belum ditembus harga akan rentan koreksi,” jabarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto