JAKARTA. Kenaikan batubara masih berlanjut setelah China berhasil memangkas produksinya tahun ini. Mengutip
Bloomberg, Selasa (26/7) kontrak harga batubara pengiriman Agustus 2016 di ICE Futures Exchange terbang 1,24% menjadi US$ 65,20 per metrik ton atau tertinggi sejak Oktober 2014 silam. Bahkan sepekan terakhir harga melesat 1,71%. Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim menjelaskan, pemangkasan produksi China, salah satu produsen terbesar batubara global, mulai berdampak positif. Negeri Panda berhasil memangkas produksi hingga 72,3 juta ton di semester I-2016. “Artinya kekeringan pasokan batubara global, mengingat pemotongan produksi oleh China cukup banyak,” tutur Ibrahim.
Pengurangan produksi ini berasal dari Hunan dan Jiangsu, yang masing-masing mencapai target pemangkasan sebesar 82,9% dan 78,2%. Menyusul Beijing, Shaanxi dan Xianjiang yang berhasil memotong produksi masing-masing 50%. Analis Central Capital Futures Wahyu Tri Wibowo menambahkan, berkurangnya produksi sejalan kenaikan permintaan dari Asia. Permintaan tertinggi berasal dari Korea Selatan, yang memesan 1,2 juta ton batubara awal Juli 2016 lalu untuk dikirim di Agustus – Desember 2016. Shenhua Co, salah satu perusahaan batubara China bilang, penjualan batubara di Juni 2016 naik jadi 38 juta ton dari tahun sebelumnya 37,2 juta ton. Sehingga di separuh pertama 2016 penjualan batubara Shenhua mencapai 186,3 juta ton. Maka di jangka pendek, baik Ibrahim dan Wahyu sepakat, kenaikan harga batubara masih berlanjut. “Terutama kalau nanti The Fed memastikan kenaikan suku bunga tidak terjadi di FOMC Juli 2016 ini,” tutur Ibrahim. Itu akan semakin menekan USD dan menguntungkan harga komoditas termasuk batubara. Ibrahim menambahkan, perlu mewaspadai aksi teknikal dan pergerakan harga minyak dunia. Setelah kenaikan harga cukup tinggi pasar pasti bersiap melakukan aksi profit taking. Itu berdampak pada koreksi harga batubara dalam waktu dekat. Masih bearish Di jangka panjang, beban harga batubara masih tinggi. Wahyu mengatakan, dengan kenaikan beberapa waktu terakhir tidak lantas tren harga menjadi bullish hingga akhir tahun. Isu lingkungan masih akan mendominasi tren negatif. Terbaru beban datang dari Inggris, yakni salah satu tambang pembangkit listrik batubara terbesar kini didominasi penggunaan biomass untuk aktivitasnya. Bahkan Drax Group Plc, sebagai pemilik, merencanakan sepenuhnya beralih ke energi terbarukan. Sepanjang semester-I 2016, penggunaan biomass di pembangkit ini mencapai 70%. “Jika permintaan di Asia masih naik, tidak demikian di Eropa dan AS yang terus menggalakkan penggunaan energi ramah lingkungan,” tutur Wahyu.
Diduga harga batubara tahun ini akan lebih baik dibanding tahun sebelumnya. “Bisa di US$ 50– US$ 70 per metrik ton dengan harga rata-rata di US$ 60,00 per metrik ton,” duga Wahyu. Berkaca pada teknikal harian, kans harga batubara naik lagi Kamis (28/7) terbuka. Analisis Ibrahim, indikator MA dan bollinger band bergerak 40% di atas bollinger bawah mengindikasikan kenaikan meski terbatas. Stochastic dan garis MACD di area 60% positif juga mendukung naik. Namun RSI menunjukkan wait and see. “Kamis (28/7) harga bergerak di US$ 64,9 – US$ 66 per metrik ton,” perkiraan Ibrahim. Sedangkan Wahyu menduga sepekan, di US$ 60– US$ 70 per metrik ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie