Bawa hobi menjadi mimpi besar



KONTAN.CO.ID - Sejak kecil Dimursi Maryati sudah menekuni hobi menggambar. Ia senang menggambar doodle hingga menggambar wajah teman-temannya dalam bentuk doodle.

Tak disangka, kegemaraannya ini menjadi bekal bagi Maryati untuk menekuni dunia usaha.Bahkan, kini dia sudah mengantongi omzet ratusan juta dan mempekerjakan 16 karyawan lewat Lucklig.co dengan menggarap berbagai suvenir.

Maryati bersentuhan dengan dunia usaha secara tak sengaja. Suatu kali, ia mengirim sebuah hadiah berupa mug dengan hiasan cantik goresan tangannya. Setelah diunggah ke media sosial, ternyata, banyak orang tertarik dengan kreasi Maryati. Lantas, pesanan pun mulai berdatangan.


Tepatnya pada tahun 2015, Maryati mulai terjun pada usaha sendiri. Awalnya, order berdatangan dari teman-temannya sendiri. Namun, saat itu, dia hanya mampu mendisain. Sementara, urusan mencetak masih dikerjakan pihak lain. "Saat pertama kali menerima pesanan, saya harus mencari-cari percetakan yang bagus dan berkualitas," ungkap dia.

Kepuasan pelanggan yang terekam dalam akun media sosialnya membawa pesanan suvenir mengalir makin deras. Karena tak merasa tak sanggup menangani pesanan, Maryati pun meminta adiknya membantu. Bahkan, dalam lima bulan selanjutnya, dia sudah mempekejakan karyawan. "Ada dua pegawai tetap dan dua freelancer untuk membantu proses produksi," terang Maryati.

Tak hanya mug dan pouch (kantong), jenis suvenir pun terus berkembang. Ia menggarap undangan pernikahan, undangan digital dan buku tamu. Adanya sentuhan pribadi, yakni gambar wajah dalam bentuk doodle, menjadi nilai tambah suvenir Lucklig.co. "Ini yang membuat suvenir saya berbeda dengan vendor lainnya," kata Maryati. Ia selalu berusaha memenuhi apa yang menjadi keinginan konsumen.

Sebagian besar konsumen Lucklig.co masih berasal dari seputar Jabodetabek. Dalam sebulan, usaha suvenir ini bisa menerima 30-40 order dengan jumlah barang dalam satu kali order minimal sebanyak 250 unit.

Banyak Belajar dari Berbagai Kendala dan Tantangan

Pesanan suvenir yang terus berdatangan memompa semangat Dimursi Maryati untuk terus berkreasi. Tekadnya pun semakin kuat  seiring tingginya minat konsumen terhadap produk Lukclig.co.

Maryati memulai bisnis hanya dengan modal Rp 50.000. Saat itu, dia hanya mencetak dua mug bergambar doodle untuk menjadi sampel yang kemudian diunggah ke media sosial.

Tak disangka, respon konsumen begitu cepat. Pelanggan pertamanya datang dari pengikut akun Instagram Lucklig.co yang memesan mug dengan kemasan pouch sebanyak 1.000 unit. Sang pemesan menjadikan mug tersebut sebagai suvenir pernikahan.

Setelah itu, pesanan pun mengalir tiada henti, hingga Maryati memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan fokus pada dunia usaha. Asal tahu saja, bisnis suvenir ini bukan usaha pertama yang digeluti Maryati. Sebelumnya, dia pernah menjual mukena, pakaian dan merchandise. Sayang, bisnis pertamanya ini tak berlanjut. 

Memang, seorang pebisnis harus siap menghadapi kendala. Berbagai tantangan pun kerap menghadang dan menguji nyali mereka untuk menyerah atau berjuang meneruskan bisnisnya.

Dalam perjalanan membesarkan Lucklig.co, Maryati pun kerap menghadapi kendala. Dia bilang, kendala terberat adalah soal sumber daya manusia. "Sulit mencari tim atau karyawan yang tepat," ujar dia.

Maklum, semua 80% kegiatan produksi masih mengandalkan ketrampilan tangan. Mulai dari menyablon, menjahit, hingga membungkus suvenir. Alhasil, butuh banyak karyawan ketika pesanan mencapai ribuan unit.

Kendala tersebut juga pernah memaksa Maryati mengembalikan duit konsumen. Saat itu, ia benar-benar tak dapat memenuhi pesanan karena bahan baku yang sulit dicari dan kapasitas produksi yang tak seimbang dengan pesanan.

Pengalaman ini menjadi pelajaran baginya untuk membuat sistem pemesanan yang baik. Yakni, dengan memberikan kuota pesanan. Ia memberi minimal pesanan 250 unit. Selain itu, jika dulu pesanan bersifat custom, kini dia juga menyiapkan katalog khusus desain untuk memudahkan calon konsumen memilih model suvenir. 

Melesat Cepat, Maryati Diganjar Penghargaan

Ada gula, ada semut. Begitulah pepatah yang bisa menggambarkan jika ada peluang manis, akan ada banyak pemain yang ikut terjun di dalamnya. Begitu juga dalam bisnis suvenir pernikahan ini. 

Seiring ramainya pesanan yang datang ke Lucklig.co, Dimursi Maryati juga merasakan angin persaingan yang yang kian kencang antar vendor suvenir. "Makin ke sini, kian banyak vendor suvenir sejenis yang berlomba-lomba menawarkan harga paling murah," kata perempuan 31 tahun ini.

Namun, dia tak gentar. Ia yakin dengan kelebihan yang dimiliki produknya, yakni desain gambar doodle, kualitas dan bentuk suvenir yang beragam. Namun, untuk sebagai antisipasi, dia terus berinovasi dan meng-update barang-barang yang sedang menjadi tren di sebuah pernikahan. "Yang penting bisa memberikan sesuatu yang berbeda dan sering update ikuti tren," jelas dia.

Inovasi dan tren ini biasanya justru muncul dari konsumen. Dari pelanggan juga dia membuat membikin model doodle yang lebih kasual. "Seringkali referensi banyak datang dari konsumen, meski kemudian saya olah lagi desainnya," katanya.

Beruntung, Maryati tak dipusingkan soal lokasi workshop. Dia mendapat dukungan penuh dari orangtuanya untuk menggunakan rumah tinggal milik orangtua sebagai studio kerja, karena lokasi lebih strategis dan lahannya luas.

Sebagai gantinya, Maryati tetap menyewa sebuah rumah untuk orangtuanya. Tak hanya itu, Maryati pun selalu meminta pertimbangan dan masukan dari orangtuanya ketika akan mengambil keputusan yang berkaitan dengan bisnisnya. 

Kini, setiap bulan, Lucklig.co bisa memproduksi hingga 11.000 unit suvenir. Maryati pun bisa menggenggam omzet ratusan juta dan mampu mempekerjakan 16 karyawan untuk produksi. Dia tak membuka reseller karena urusan pemasaran masih dikerjakan sendiri.

Hanya dalam waktu relatif singkat, Maryati berhasil melambungkan usahanya. Tak heran, sejumlah penghargaan pun menghampirinya. Perempuan ini pernah menjadi finalis ajang Wirausaha Muda Pemula Berprestasi dari Kementerian Pemuda dan Olahraga 2016. Dia juga memenangkan Astra Start Up Challenge 2016.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Johana K.