KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bayan Resources Tbk (
BYAN) memperkirakan total produksi batubara tahun 2021 berada pada kisaran 32 juta metric ton (MT) hingga 34 juta MT dengan penjualan yang diperkirakan pada rentang 32 juta MT hingga 34 juta MT. Mengutip laporan panduan 2021 di laman resminya, manajemen BYAN mengatakan volume produksi hingga akhir 2021 diantisipasi sedikit meningkat dari realisasi 2020 (30 juta ton), yang utamanya dikontribusikan dari site Tabang. Rinciannya, Perkasa Inakakerta akan memproduksi 1 juta hingga 1,2 juta MT, Teguh Sinarabadi / Firman Ketaun Perkasa akan meproduksi 3 juta sampai 3,4 juta MT, konsesi Tabang akan memproduksi 26.8 juta MT hingga 27,8 juta MT, dan Wahana Baratama Mining akan memproduksi 1,2 juta hingga 1,6 juta MT batubara.
Sementara proyeksi penjualan tahun ini sedikit menurun dari tahun 2020 (37 juta MT). Penurunan ini karena BYAN mengantisipasi adanya musim kemarau yang normal pada tahun 2021 yang mengurangi volume angkutan tongkang, yang mana hal tersebut tidak terjadi pada tahun lalu. Namun, pada akhir Desember 2020, BYAN telah memegang komitmen dan kontrak penjualan sebesar 27,2 juta MT untuk tahun 2021, dengan rata-rata nilai kalori atau calorific value (CV) 4.579 GAR kkal / kg.
Baca Juga: Harga batubara melesat di 2020, bagaimana prospeknya di 2021? “Jumlah ini mewakili sekitar 80% dari rencana penjualan kami di 2021 kami. Dari volume ini, kami menggenggam elemen harga tetap (fixed price) sebesar 25% dengan nilai kalori rata-rata 4.394 GAR kkal / kg pada harga US$ 36,0 per MT,” tulis manajemen BYAN, dikutip Rabu (13/1). Di sisi lain, BYAN memperkirakan harga jual rerata atau
average selling price (ASP) berada di kisaran US$ 38 hingga US$ 40 per MT. Proyeksi ini berdasarkan harga referensi benchmark (Newcastle) yang rata-rata berada di rentang US$ 62 per MT hingga US$ 67 per MT untuk tahun 2021. Adapun biaya tunai rerata (
average cash cost) diantisipasi berada dalam kisaran US$ 27 hingga US$ 29 per MT. Ini sudah termasuk beban pokok penjualan (COGS), royalty, serta biaya penjualan, beban umum dan administrasi. Proyeksi biaya tunai ini lebih rendah dari realisasi di 2020 yang mencapai US$ 30 per MT. Hal ini terutama karena tidak adanya klaim siaga (standby claims) yang dianggarkan pada tahun 2021, kenaikan persentase produksi di site Tabang yang berbiaya rendah, serta adanya sedikit penurunan rasio pengupasan atau stripping ratio (SR) yang sebagian diimbangi oleh berbagai kenaikan biaya yang dianggarkan kecil.
Baca Juga: Lagi, taipan Low Tuck Kwong borong saham Bayan Resources (BYAN) Rasio pengupasan rata-rata tertimbang (stripping ratio) sepanjang 2021 diperkirakan serupa dengan tahun 2020, yakni di rentang 3,9 sampai 4,1 kali. Secara keseluruhan, rasio pengupasan di Tabang akan meningkat karena dimulainya penambangan di konsesi Tiwa Abadi. Namun, sebagian dari kenaikan ini akan diimbangi dengan rasio pengupasan yang lebih rendah di Teguh Sinarabadi/Firman Ketaun Perkasa, dan Wahana Baratama Mining yang telah dimulai pada semester kedua 2020. Manajemen Bayan Resources memperkirakan penghasilan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA berada di kisaran US$ 300 juta dengan kisaran pendapatan tahun ini diperkirakan antara US$ 1,1 miliar hingga US$ 1,3 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi