Bayang-bayang Resesi Ekonomi Global Tahun 2023 Semakin Nyata



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Resesi ekonomi global di tahun 2023 semakin nyata. Bahkan perkiraan resesi tersebut telah disampaikan oleh Presiden World Bank Group David Malpass bahwa bank sentral di seluruh dunia telah menaikkan suku bunganya dan tren tersebut diperkirakan akan berlanjut di tahun depan.

Pada ujungnya, kebijakan tersebut berdampak kepada perlambatan ekonomi yang bisa memunculkan resesi di banyak negara, sehingga hal tersebut juga akan mengganggu kinerja ekspor.

Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution mengatakan, pada setiap krisis ekonomi global maka volume permintaan dan harga komoditas ekspor Indonesia biasanya akan menurun, sehingga nilai ekspor juga akan menurun.


Baca Juga: Ini Daftar Negara yang Ekonominya Terancam di 2023, Eropa Paling Terdampak

Namun resesi yang diperkirakan terjadi tahun depan, Damhuri menilai ekspor masih akan berpotensi tumbuh, mengingat harga sebagian komoditas unggulan ekspor Indonesia diprediksikan masih tetap cukup baik menyusul embargo yang masih berlaku terhadap ekspor Rusia.

"Optimisme ini didasarkan pada perkembangan sejumlah indikator makroekonomi negara-negara mitra dagang utama Indonesia yang sampai saat ini menunjukkan resesi ekonomi global yang mungkin akan terjadi tidak dalam," ujar Damhuri kepada Kontan.co.id, Jumat (30/9).

Damhuri menambahkan, hal tersebut juga sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara besar seperti Amerika Serikat (AS), China, Eropa dan Jepang yang oleh consensus diperkirakan masih mencatat pertumbuhan yang positif di tahun 2022 dan 2023 mendatang. Hal ini lantaran, resesi ekonomi yang diperkirakan tahun depan masih berpotensi tumbuh meskipun melambat.

Sementara itu, pertumbuhan impor diprediksikan juga akan melandai, lantaran biasanya resesi ekonomi dunia juga akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri juga ikut terkoreksi. Menurut Damhuri, dengan ekspor yang masih berpotensi mencatat pertumbuhan positif, maka neraca perdagangan Indonesia akan diproyeksikan masih berada di zona surplus sampai tahun 2023 mendatang.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Teuku Riefky mengatakan, resesi global yang diperkirakan terjadi di tahun depan akan berdampak kepada neraca perdagangan Indonesia, terutama ekspor. Hal ini mengingat tujuan utama ekspor Indonesia adalah China, Amerika Serikat, India, Jepang dan negara-negara ASEAN.

"Kita tahu di China ekonominya sedang melambat, di AS juga nampaknya tanda-tandanya akan demikian di tahun depan. Jadi ini tentu akan memukul ekspor Indonesia," ujar Riefky kepada Kontan.co.id, Jumat (30/9).

Riefky bilang, ekspor masih akan menjadi mesin pertumbuhan ekonomi di tahun depan, sehingga apabila ekspor Indonesia tertekan maka harus ditopang oleh konsumsi domestik dan investasi agar pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa terjaga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .