Bayar utang, BRAU alokasikan dana US$ 118 Juta



JAKARTA. PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) bersiap membayar dua surat utang (notes) yang jatuh tempo pada tahun ini dan tahun 2017. Manajemen BRAU mengaku sudah memiliki jalan keluar untuk menyelesaikan kewajiban. "Sudah ada kesepakatan prinsip (principle agreement) mengenai alokasi pembayaran pokok notes tersebut," ujar Paul Fenby, Direktur BRAU, Rabu (25/3).

Perusahaan yang dikendalikan Asia Resource Minerals Plc (ARMS) ini menyiapkan US$ 118,75 juta untuk tahap awal pembayaran dua surat utangnya senilai US$ 950 juta. Dalam tahap awal rekapitalisasi, BRAU mengalokasikan US$ 62,47 juta untuk membayar notes jatuh tempo tahun ini. Sementara US$ 56,28 juta untuk membayar notes jatuh tempo tahun 2017.

Sebagai catatan, anak usaha BRAU, Berau Capital Resources Pte Ltd (BRC), memiliki utang jatuh tempo US$ 450 juta. Notes ini memiliki kupon 12,5% dan jatuh tempo Juli tahun ini. Selain itu, BRAU memiliki notes US$ 500 juta jatuh tempo 2017. Kupon notes ini 7,25%.


BRAU akan menggunakan beberapa skema untuk membayar utang. Salah satunya menerbitkan saham baru alias rights issue. Aksi korporasi tersebut dilakukan induk usahanya, ARMS yang tercatat di Bursa London.

Total target penghimpunan dana sekitar US$ 100 juta. Harga per saham sebesar £ 0,25 per saham. Dalam hajatan itu, pemegang saham ARMS, NR Holdings Limited milik Nathaniel Rothschild akan menjadi pembeli siaga. ARMS bakal menerbitkan saham baru paling lambat pada 27 Maret 2015. Dana itu bakal disuntikkan kepada BRAU untuk membayar surat utangnya.

Lalu, BRAU akan merogoh US$ 18,75 juta dari dana kasnya untuk pembayaran sebagian pokok notes. Dengan begitu, pelunasan pokok utang tahap satu senilai US$ 118,75 juta dibayarkan secara tunai. Lalu sisa pembayaran surat utang akan berasal dari penerbitan notes baru yang masing-masing akan jatuh tempo pada Juli 2019 dan Desember 2020.

BRAU juga akan membayar US$ 23,75 juta utang pokok notes baru. Pembayaran tambahan ini akan dilakukan setelah perseroan memperoleh komitmen fasilitas kredit bergulir (revolving credit facility) hingga US$ 50 juta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa