JAKARTA. PT Bayu Buana Tbk (BAYU) telah menyiapkan beberapa strategi bisnis untuk bisa tetap bertumbuh positif pada tahun ini. Beberapa strategi bisnis tersebut diantaranya adalah dengan membuat paket tur baru. Direktur Bayu Buana, Agustinus Pake Seko mengatakan perseroan akan menambah sekitar 10%-15% paket tur baru dari paket tur yang sudah ada saat ini. Berdasarkan website resmi Bayu Buana, paket wisata yang ditawarkan saat ini mencapai sekitar 200 paket tur yang terdiri dari paket tur ke Eropa, Australia, Amerika, China, Asia, dan domestik yang terdiri dari paket wisata bali dan Pulau Komodo. Selain mengeluarkan produk baru, Agustinus juga bilang pihaknya memodifikasi produk-produk paket wisata yang sudah ada agar lebih murah. Hal ini dilakukan untuk menyiasati agar daya beli masyarakat yang sedang melemah saat ini bisa tumbuh kembali. Strategi ini juga digunakan untuk menyiasati periode low season sepanjang Januari hingga Juni. "Jadi kami membuang komponen paket wisata yang tidak signifikan dan yang mengeluarkan biaya. Komponen yg bisa dikurangi akan dikurangi dan komponen yg signifikan akan dikembangkan sehingga produk paket wisata kami bisa berbiaya murah namun masih tetap bisa melauani kebutuhan konsumen," ujarnya. Bayu Buana pada tahun ini akan melakukan grand launching indipendent brand ecommerce yang akan dilakukan pada Agustus 2015 nanti. Saat ini, perseroan masih melakukan pengembangan untuk bisa meningkatkan trafik untuk situs tersebut. Diharapkan dengan adanya ecommerce ini, akan ada pengembangan dari distribusi channel online. Sementara untuk distribusi channel offline akan dikembangkan melalui jalur waralaba. "Saat ini kami mengembangkan distribusi channel melalui waralaba terutama di luar Jakarta untuk jual produk dari Bayu Buana untuk mitra strategis kami. Diharapkan tahun ini kami memiliki dua hingga tiga mitra walaraba yang akan berada di Pekanbaru, Makassar, dan Palu,"ujarnya. Dengan strategi bisnis tersebut, perseroan berharap bisa mecapai target pendapatan hingga mencapai Rp 1,9 triliun pada tahun ini. Target tersebut naik sebesar 18,75% dari pendapatan 2014 yang mencapai Rp 1,6 triliun. Hardy Karuniawan, direktur Bayu Buana mengatakan pendapatan tersebut akan didapat dari segmen bisnis tiket sebesar 75% dan segmen bisnis non tiket sebesar 25%. Dari segmen bisnis non tiket sendiri, perseroan masih mengandalkan pendapatan sebesar 18% dari penjualan paket wisata tur dan sisanya sebesar 8% berasal dari pendapatan hotel, dokumen, dan lain-lain. Sementara itu, Bayu Buana menargetkan laba bersih pada tahun ini mencapai Rp 26 miliar. Target tersebut menurun dibandingkan pencapaian pada akhir tahun 2014 yang berhasil mencapai Rp 37,67 miliar. Hardy menyebut hal tersebut lantaran pada tahun lalu perseroan berhasil melakukan penjualan ruang kantor seluas 334 meter persegi di Gedung Equity senilai Rp 12 miliar. Sedangkan keuntungan yang didapat dari hasil usaha hanya sebesar Rp 25 miliar. "Untuk laba kami tidak terlalu muluk-muluk untuk menargetkan terlalu tinggi karena saat ini bisnis di Indonesia banyak yang mengalami penurunan. Kami juga tidak berani menerapkan target terlalu tinggi, tapi kami berharap realisasi di akhir tahun nanti bisa lebih tinggi dari target tersebut," kata Hardy Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bayu Buana tawarkan paket wisata yang lebih murah
JAKARTA. PT Bayu Buana Tbk (BAYU) telah menyiapkan beberapa strategi bisnis untuk bisa tetap bertumbuh positif pada tahun ini. Beberapa strategi bisnis tersebut diantaranya adalah dengan membuat paket tur baru. Direktur Bayu Buana, Agustinus Pake Seko mengatakan perseroan akan menambah sekitar 10%-15% paket tur baru dari paket tur yang sudah ada saat ini. Berdasarkan website resmi Bayu Buana, paket wisata yang ditawarkan saat ini mencapai sekitar 200 paket tur yang terdiri dari paket tur ke Eropa, Australia, Amerika, China, Asia, dan domestik yang terdiri dari paket wisata bali dan Pulau Komodo. Selain mengeluarkan produk baru, Agustinus juga bilang pihaknya memodifikasi produk-produk paket wisata yang sudah ada agar lebih murah. Hal ini dilakukan untuk menyiasati agar daya beli masyarakat yang sedang melemah saat ini bisa tumbuh kembali. Strategi ini juga digunakan untuk menyiasati periode low season sepanjang Januari hingga Juni. "Jadi kami membuang komponen paket wisata yang tidak signifikan dan yang mengeluarkan biaya. Komponen yg bisa dikurangi akan dikurangi dan komponen yg signifikan akan dikembangkan sehingga produk paket wisata kami bisa berbiaya murah namun masih tetap bisa melauani kebutuhan konsumen," ujarnya. Bayu Buana pada tahun ini akan melakukan grand launching indipendent brand ecommerce yang akan dilakukan pada Agustus 2015 nanti. Saat ini, perseroan masih melakukan pengembangan untuk bisa meningkatkan trafik untuk situs tersebut. Diharapkan dengan adanya ecommerce ini, akan ada pengembangan dari distribusi channel online. Sementara untuk distribusi channel offline akan dikembangkan melalui jalur waralaba. "Saat ini kami mengembangkan distribusi channel melalui waralaba terutama di luar Jakarta untuk jual produk dari Bayu Buana untuk mitra strategis kami. Diharapkan tahun ini kami memiliki dua hingga tiga mitra walaraba yang akan berada di Pekanbaru, Makassar, dan Palu,"ujarnya. Dengan strategi bisnis tersebut, perseroan berharap bisa mecapai target pendapatan hingga mencapai Rp 1,9 triliun pada tahun ini. Target tersebut naik sebesar 18,75% dari pendapatan 2014 yang mencapai Rp 1,6 triliun. Hardy Karuniawan, direktur Bayu Buana mengatakan pendapatan tersebut akan didapat dari segmen bisnis tiket sebesar 75% dan segmen bisnis non tiket sebesar 25%. Dari segmen bisnis non tiket sendiri, perseroan masih mengandalkan pendapatan sebesar 18% dari penjualan paket wisata tur dan sisanya sebesar 8% berasal dari pendapatan hotel, dokumen, dan lain-lain. Sementara itu, Bayu Buana menargetkan laba bersih pada tahun ini mencapai Rp 26 miliar. Target tersebut menurun dibandingkan pencapaian pada akhir tahun 2014 yang berhasil mencapai Rp 37,67 miliar. Hardy menyebut hal tersebut lantaran pada tahun lalu perseroan berhasil melakukan penjualan ruang kantor seluas 334 meter persegi di Gedung Equity senilai Rp 12 miliar. Sedangkan keuntungan yang didapat dari hasil usaha hanya sebesar Rp 25 miliar. "Untuk laba kami tidak terlalu muluk-muluk untuk menargetkan terlalu tinggi karena saat ini bisnis di Indonesia banyak yang mengalami penurunan. Kami juga tidak berani menerapkan target terlalu tinggi, tapi kami berharap realisasi di akhir tahun nanti bisa lebih tinggi dari target tersebut," kata Hardy Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News