KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan rupiah akibat naiknya
yield obligasi Amerika Serikat (US Treasury) turut merembet ke pasar saham. Akibatnya, dan asing mulai keluar dari pasar saham dengan membukukan
net sell sebesar Rp 469,40 miliar di seluruh pasar pada perdagangan Senin (8/3). Adapun saham-saham yang banyak dilepas seperti
BBCA,
INCO,
BMRI,
ICBP,
CPIN,
BJTM,
ASII, dan
TKIM. Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama menjelaskan keluarnya asing dari pasar saham Indonesia seiring dengan pemulihan ekonomi di Amerika yang mendorong ekspektasi investor.
Baca Juga: Ditutup terkoreksi 0,16%, simak proyeksi IHSG untuk Selasa (9/3) Menurutnya, saat ini pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) cukup didominasi oleh investor lokal. Hal tersebut, seiringan dengan upaya dari regulator, perusahaan sekuritas, maupun
influencer yang gencar melakukan edukasi. "Kami melihat investor asing cenderung akan mengurangi risiko investasinya, terlebih risiko investasi di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju. Sehingga, hal tersebut yang mendorong investor asing untuk beralih," ujarnya kepada kontan.co.id, Senin (8/3). Untuk prospek emiten tersebut, Okie menilai masih cukup baik. Pemulihan ekonomi di 2021 diharapkan dapat menopang kinerja emiten tersebut. Karenanya, ia merekomendasikan untuk membeli saham-saham seperti
LSIP dengan target harga Rp 1.460,
AALI dengan target harga Rp 11.975. Okie menjelaskan, kenaikan harga CPO menjadi
trigger dari peluang membaiknya kinerja LSIP dan AALI. Ia juga merekomendasikan membeli
TLKM dengan target harga Rp 3.480.
Baca Juga: IHSG turun ke 6.248 pada Senin (8/3), net sell asing Rp 470 miliar Okie juga menyarankan pelaku pasar untuk bisa
hold saham BBCA dan
BBRI dengan target harga masing-masing di Rp 34.450 dan Rp 4.740. Ia menyebutkan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat lebih baik dari tahun sebelumnya menjadi katalis positif bagi emiten perbankan.
Hal tersebut seiringan dengan upaya pemerintah, Bank Indonesia dan OJK yang menjadikan perbankan sebagai garda terdepan dalam membantu pemulihan ekonomi nasional. "Kami melihat adanya potensi perbaikan dari kualitas kredit yang berdampak pada landainya NPL di akhir tahun 2021 ini. Selain itu, rendahnya suku bunga acuan dan membaiknya aktivitas bisnis serta daya beli masyarakat dinilai dapat menjadi
trigger pada lebih baiknya pertumbuhan kredit di akhir tahun 2021," imbuhnya. Sampai dengan penutupan perdagangan sore ini, investor asing di seluruh
market sudah hengkang Rp 469,63 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi