BBJ merilis kontrak emas ukuran kecil



JAKARTA. Meramaikan perdagangan berjangka, Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) meluncurkan tiga produk baru, Jumat (20/12). Produk-produk baru tersebut adalah kontrak berjangka kopi, pasar fisik karet dan kontrak berkala emas.

Direktur Utama BBJ, Sherman Rana Khresna mengatakan, emas masih menjadi produk investasi yang likuid. Permintaan emas terus meningkat meski harga tengah terkoreksi. Laporan dari World Gold Council (WGC) menunjukkan, Indonesia berada di posisi ketiga sebagai negara dengan pertumbuhan permintaan emas terbesar di dunia selama kuartal III/2013. Pertumbuhan total permintaan emas Indonesia selama kuartal III/2013 naik 54% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Ini adalah pertumbuhan permintaan emas perhiasan serta emas untuk investasi dalam bentuk emas batangan dan koin. Oleh karena itu, Sherman optimistis, kontrak berkala emas akan diminati masyarakat.


Untuk produk baru ini, BBJ membidik pasar ritel yang ingin membeli emas fisik dalam ukuran kecil. Emas yang diperdagangkan dalam kontrak berkala emas berasal dari PT Aneka Tambang. Ada beberapa varian kontrak berkala emas yaitu kontrak 5 gram (GG5), kontrak 10 gram (GG10), kontrak 25 gram (GG25), kontrak 50 gram (GG50) dan kontrak 100 gram (GG100). BBJ menargetkan, volume perdagangan 61.200 lot per tahun atau setara 1,2 ton emas.

Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka dan Komoditi (Bappebti), Sutriono Edi menambahkan, adanya kontrak berkala emas di BBJ ini diharapkan mampu mengurangi maraknya tawaran investasi emas bodong di masyarakat. Dia bilang, Bappepti telah menutup 130 website ilegal yang menawarkan investasi emas.

Sherman mengatakan, BBJ meluncurkan kontrak emas fisik memang menyasar pasar ritel yang punya minat beli emas. "Bisa serah fisik atau kontrak gulir hingga target tertentu," kata dia.

Kontrak berkala emas ini akan jatuh tempo setiap bulan. Setelah jatuh tempo, emas bisa diserahkan fisik, digulir ke bulan berikutnya, atau bisa cash settlement. Pembeli bisa memilih tempat penyerahan emas di 11 cabang Pegadaian, yaitu di Medan, Pekanbaru, Palembang, Balikpapan, Manado, Makassar, Denpasar, Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya.

Kontrak lain yang dikeluarkan BBJ adalah varian kontrak berjangka kopi yakni kopi arabika dan kopi robusta. Untuk kopi arabika, satuan kontraknya adalah 2 ton, dengan kualitas SNI grade 1 Arabica Coffee sesuai yang ditentukan Badan Standarisasi Nasional.

Sedangkan, kopi robusta, satuan kontraknya 5 ton, dengan kualitas SNI grade IVB, Rabusta Coffee sesuai ketentuan Badan Standarisasi Nasional. Nilai per poin kontrak kopi Robusta adalah Rp 10 per kilogram (kg) dengan bulan kontrak Januari, Maret, Mei, Juli, September, dan November. Sementara, nilai per poin kontrak kopi Arabika adalah Rp 50 per kg.

Sherman mengatakan, masuknya kopi dalam bursa berjangka diperuntukkan sebagai pembentukan harga dan lindung nilai. Karena Indonesia adalah produsen kopi terbesar kedua setelah Brazil.

Sedangkan untuk pasar fisik karet, satuan kontrak sebesar 5 ton dengan perubahan harga minimum Rp 10 per kg. Jenis penyerahan pasar fisik karet adalah loco gudang penjual atau franco gudang pembeli.

Hingga saat ini, ada satu peserta pembeli dan lima peserta penjual kontrak karet. Pada transaksi 19 Desember lalu, terjadi transaksi lima ton karet di harga Rp 13.500 per kg. BBJ menargetkan jumlah transaksi karet tahun depan sebanyak 44.000 ton karet.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati