JAKARTA. Pundi-pundi PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) semakin berisi. Di kuartal I-2013, BBKP membukukan kenaikan laba bersih sebesar 23,37%
year on year (yoy) menjadi Rp 223,67 miliar. Pendapatan bunga bersih BBKP pun juga naik 13,71% menjadi Rp 590,14 miliar. Kinerja BBKP yang positif tercermin juga dengan harga sahamnya. Selasa (7/5), harga BBKP di Rp 980 per saham, alias sudah naik 58,06% sejak akhir 2012 yang masih di level Rp 620 per saham. Tak heran, banyak investor yang kepincut menjadi pemilik BBKP. Belakangan, dua investor strategis santer dikabarkan bersaing mengakuisisi BBKP. Mereka adalah Saratoga Capital dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
BBKP memang sedang membutuhkan suntikan dana untuk meningkatkan permodalannya. Berdasarkan aturan Bank Indonesia (BI) tentang perizinan berjenjang, BBKP masuk kategori BUKU II, yaitu bank umum bermodal inti di bawah Rp 5 triliun. Konsekuensinya, ekspansi bank menjadi terbatas. Nah, masuknya investor baru, diharapkan dapat menginjeksi modal, sehingga BBKP bisa masuk kategori BUKU III dan menjalankan bisnis perbankan secara penuh. BBKP menyiapkan dua opsi untuk penambahan modal tersebut, yakni menerbitkan saham baru (
rights issue) atau pemegang saham bersedia menjual kepemilikannya. Hingga 31 Maret 2013, Koperasi Pegawai Bulog Seluruh Indonesia (Kopelindo) mengapit 31,72% saham BBKP. Sedangkan, masyarakat dengan kepemilikan di bawah 5% tercatat menggenggam 39,36%. Pemilik lain, pemerintah (13,04%), Yabinstra (9,4%) dan Kopkapindo (5,05%). Wakil Kepala Riset Bahana Securities, Teguh Hartanto, menilai, opsi divestasi saham BBKP lebih menguntungkan karena pemegang saham bisa menjual di harga premium. "Rights issue berakibat dilusi, kecuali pengendali ikut tambah modal. Dan sepertinya Bulog tidak mau," tuturnya. Analis PT Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe bilang, bisnis utama BBKP mirip dengan BBRI, karena sama-sama menggarap bisnis mikro. Namun karena kendala permodalan, BBKP sulit bersaing. "Harus ada investor yang bisa menyuntikkan dana besar. Sebab, modal BBKP masih tanggung," ujarnya. Dalam risetnya, analis Indo Premier Securities, Agus Pramono, juga menyebutkan, minimnya modal BBKP sebagai salah satu kendala. Namun, ia memprediksi, modal inti BBKP akan naik sebelum aturan multiple licence diimplementasikan 2014.
Terlepas dari soal permodalan yang kurang, para analis memprediksi, kinerja BBKP tahun ini akan bertumbuh. Teguh menghitung, pendapatan bunga bersih BBKP akan naik 14,51% menjadi Rp 2,79 triliun pada tahun ini. Adapun, laba bersih akan naik 12,7% menjadi Rp 970 miliar. Namun, Teguh merekomendasikan
hold saham BBKP sembari menanti kelanjutan divestasi saham BBKP. Ia memberi target harga Rp 750, mencerminkan
price to book value (PBV) 1 kali. Agus menilai, valuasi harga BBKP sudah tinggi. Dus, ia menyarankan hold saham BBKP dengan target Rp 950 per saham yang mencerminkan PBV 1,2 kali. Adapun, Kiswoyo masih merekomendasikan beli saham BBKP dengan target harga Rp 1.200 per saham, menandakan PBV 1,8 kali. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yuwono Triatmodjo