JAKARTA. Rencana pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi membawa berkah bagi pelaku bisnis di sektor ini, seperti PT Pertamina (Persero), PT Petronas Niaga Indonesia, PT Shell Indonesia, dan PT Total Indonesia. Pasalnya, dengan adanya pengurangan BBM subsidi tersebut, pelanggan akan beralih pada BBM non-subsidi. Pertamina, misalnya. Perusahaan minyak dan gas (migas) pelat merah ini mengincar 50% jatah konsumen yang mengalihkan pembelanjaan BBM bersubsidinya ke BBM non-subsidi. Vice Presiden Corporate Communication Pertamina, Muhammad Harun menjelaskan, Pertamina tidak berani mematok angka yang tinggi dari pengalihan ini karena persaingan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) sangat ketat. "Kalau kita bisa ambil 50% sudah bagus. Sekarang SPBU swasta kan juga banyak. Sekarang saja mereka penjualannya sudah meningkat. Tapi Pertamina tidak masalah karena yang terpenting bagaimana program ini bisa diterapkan dengan baik di masyarakat," kata Harun di gedung BP Migas, Patra Jasa, Senin (20/9)..Harun mengakui, saat ini realisasi penjualan BBM non subsidi milik Pertamina cukup rendah apabila dibandingkan dengan penjualan premium. Untuk Rata-rata penjualan Pertamax Cs sekitar 2.000 kiloliter (KL). Sementara konsumsi BBM bersubsidi yang dijual di SPBU Pertamina mencapai 63.000 KL per hari."Tentunya jika penjualan Pertamax naik akan menguntungkan Pertamina. Apalagi selisih penjualan antara Premium dan Pertamax sangat jauh sekali," jelas Harun.Sayangnya, Harun belum menghitung berapa besar kenaikan konsumsi BBM non-subsidi setelah kebijakan tersebut berlaku. Menurutnya, lonjakan konsumsi akan terlihat dan dihitung sekitar 1 hingga 2 hari setelah kebijakan ini diterapkan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BBM bersubsidi dibatasi, Pertamina andalkan Pertamax
JAKARTA. Rencana pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi membawa berkah bagi pelaku bisnis di sektor ini, seperti PT Pertamina (Persero), PT Petronas Niaga Indonesia, PT Shell Indonesia, dan PT Total Indonesia. Pasalnya, dengan adanya pengurangan BBM subsidi tersebut, pelanggan akan beralih pada BBM non-subsidi. Pertamina, misalnya. Perusahaan minyak dan gas (migas) pelat merah ini mengincar 50% jatah konsumen yang mengalihkan pembelanjaan BBM bersubsidinya ke BBM non-subsidi. Vice Presiden Corporate Communication Pertamina, Muhammad Harun menjelaskan, Pertamina tidak berani mematok angka yang tinggi dari pengalihan ini karena persaingan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) sangat ketat. "Kalau kita bisa ambil 50% sudah bagus. Sekarang SPBU swasta kan juga banyak. Sekarang saja mereka penjualannya sudah meningkat. Tapi Pertamina tidak masalah karena yang terpenting bagaimana program ini bisa diterapkan dengan baik di masyarakat," kata Harun di gedung BP Migas, Patra Jasa, Senin (20/9)..Harun mengakui, saat ini realisasi penjualan BBM non subsidi milik Pertamina cukup rendah apabila dibandingkan dengan penjualan premium. Untuk Rata-rata penjualan Pertamax Cs sekitar 2.000 kiloliter (KL). Sementara konsumsi BBM bersubsidi yang dijual di SPBU Pertamina mencapai 63.000 KL per hari."Tentunya jika penjualan Pertamax naik akan menguntungkan Pertamina. Apalagi selisih penjualan antara Premium dan Pertamax sangat jauh sekali," jelas Harun.Sayangnya, Harun belum menghitung berapa besar kenaikan konsumsi BBM non-subsidi setelah kebijakan tersebut berlaku. Menurutnya, lonjakan konsumsi akan terlihat dan dihitung sekitar 1 hingga 2 hari setelah kebijakan ini diterapkan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News