BBM Naik, BI Bisa Makin Agresif Mengerek Suku Bunga Acuan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah resmi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite, Solar bersubsidi, dan Pertamax pada Sabtu (3/9).

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, peningkatan harga BBM ini berpotensi menyundut inflasi yang kemudian bisa direspon dengan Bank Indonesia (BI) untuk mengerek suku bunga acuan lebih agresif dari perkiraan sebelumnya.

“Inflasi umum dan inflasi inti akan melampaui batas atas perkiraan Bank Indonesia (BI). Sehingga ini akan mendorong BI untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar maksimal 100 basis poin (bps) ke 4,75% pada sisa tahun 2022,” jelas Faisal kepada Kontan.co.id, Minggu (4/9).


Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi 2022 akan Tergerus 0,33 Poin Persentase Gara-Gara Harga BBM Naik

Padahal sebelumnya, Faisal memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan 50 bps saja ke 4,25% hingga akhir tahun 2022.

Menurut perkiraan Faisal, inflasi umum pada tahun 2022 akan berada di kisaran 6,27% yoy. Ia pun menjabarkan hitungannya. Harga Pertalite naik dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, atau ada peningkatan sebesar 30,72%.

Sedangkan harga Pertamax naik 16,00%, dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter. Nah, peningkatan harga kedua jenis BBM ini akan memberi tambahan inflasi sebesar 1,35% poin.

Sementara itu, kenaikan harga Solar tercatat sebesar 32,04%, atau dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter. Peningkatan harga Solar ini berkontribusi sebesar 0,17% poin terhadap tingkat inflasi.

Hitungan tersebut sudah menghitung dampak pada putaran pertama (first round impact) maupun dampak lanjutan pada inflasi lainnya (second round impact), seperti naiknya harga jasa transportasi, distribusi, hingga kenaikan harga barang dan jasa lainnya,

Sehubungan dengan dampak second round dimpact, inflasi inti diperkirakan akan berada di kisaran 4,35% yoy pada akhir tahun 2022, atau juga melampaui batas atas kisaran sasaran BI yang sebesar 4% yoy.

Lebih lanjut, dengan menimbang hanya tersisa empat bulan berjalan di sisa tahun 2022, maka bisa saja dampak ini masih akan berlanjut pada tahun 2023, terutama pada paruh pertama.

Baca Juga: Organda: Tarif Angkutan Darat Dapat Naik Hingga 15% Akibat Kenaikan Harga BBM

Hal ini disebabkan adanya kondisi harga beberapa barang dan jasa yang cenderung lambat terhadap penyesuaian harga. Dengan demikian, ia memperkirakan inflasi umum pada tahun 2023 akan berada di kisaran 3,5% YoY hingga 4,00% YoY.

Kenaikan inflasi yang berlanjut ini juga membuka peluang bagi BI untuk melanjutkan kenaikan suku bunga acuan pada awal tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto