JAKARTA. Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan jika pemerintah baru menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) maka akan membantu mengecilkan defisit Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015. Defisit bisa turun jadi 1,32% dari produk domestik bruto (PDB) jika harga BBM naik Rp 2.000. "Jika BBM naik Rp 2.000 akan ada penghematan Rp 96 triliun. Defisit bisa turun dari 2,32% ke 1,32%," ujar Chatib, Kamis (28/8). Asal tahu, defisit anggaran RAPBN 2015 sebesar US$ 257,57 triliun atau 2,32% dari PDB . Dirinya mengakui, menaikkan harga BBM tidak bisa dilakukan pemrintahan sekarang. Menurut Chatib, dalam transisi pemerintahan menaikkan harga BBM adalah keputusan strategis. "Saya tidak tahu isinya apa yang mereka (SBY dan Jokowi) bicarakan. Saya lihat di media pembicaraan menyangkut APBN-P 2014 dan RAPBN 2015," tandasnya. Asal tahu saja, pemerintahan SBY sudah beri sinyal untuk tidak mengambil kebijakan menaikkan harga BBM. Pernyataan itu langsung disampaikan SBY ke Presiden terpilih Joko Widodo dalam pertemuannya, Rabu (27/8) malam. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BBM naik Rp 2000, defisit anggaran turun 1,32%
JAKARTA. Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan jika pemerintah baru menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) maka akan membantu mengecilkan defisit Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015. Defisit bisa turun jadi 1,32% dari produk domestik bruto (PDB) jika harga BBM naik Rp 2.000. "Jika BBM naik Rp 2.000 akan ada penghematan Rp 96 triliun. Defisit bisa turun dari 2,32% ke 1,32%," ujar Chatib, Kamis (28/8). Asal tahu, defisit anggaran RAPBN 2015 sebesar US$ 257,57 triliun atau 2,32% dari PDB . Dirinya mengakui, menaikkan harga BBM tidak bisa dilakukan pemrintahan sekarang. Menurut Chatib, dalam transisi pemerintahan menaikkan harga BBM adalah keputusan strategis. "Saya tidak tahu isinya apa yang mereka (SBY dan Jokowi) bicarakan. Saya lihat di media pembicaraan menyangkut APBN-P 2014 dan RAPBN 2015," tandasnya. Asal tahu saja, pemerintahan SBY sudah beri sinyal untuk tidak mengambil kebijakan menaikkan harga BBM. Pernyataan itu langsung disampaikan SBY ke Presiden terpilih Joko Widodo dalam pertemuannya, Rabu (27/8) malam. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News