BBM penugasan bikin laba Pertamina memble



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina mencatatkan laba sekitar US$ 1,99 miliar atau turun dibandingkan laba periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 2,83 miliar. Padahal, pendapatan Pertamina naik 18% dari US$ 26,62 miliar menjadi US$ 31,38 miliar.

Salah satu persoalan laba Pertamina tak terangkat adalah amanat pendistribusian bahan bakar minyak (BBM) public service obligation (PSO), sementara harga bensin PSO tidak kunjung berubah. Padahal seharusnya pemerintah mengubah setiap tiga bulan sekali. Harga premium mestinya sudah di posisi Rp 7.150 per liter, bukan lagi Rp 6.450 per liter untuk BBM PSO.

Elia Massa Manik, Direktur Utama Pertamina, bilang, kendati begitu Pertamina masih tetap bisa mencatatkan laba, di tengah penugasan dalam penyediaan BBM bagi masyarakat di seluruh Indonesia, dengan harga sesuai ketetapan pemerintah yakni Rp 6.450 per liter. "Bila mengacu pada formula penghitungan harga BBM sesungguhnya jika ada kenakan harga kinerja keuangan Pertamina akan lebih baik. Pendapatan bisa mencapai US$ 32,8 miliar dan ntt income US$ 3,05 miliar," ungkap dia dalam konfrensi pers, Kamis (2/11).


Namun, Massa Manik tak mempersoalkan hal itu, lantaran demi memberikan harga BBM murah untuk rakyat. Tetapi jika ada kenaikan harga BBM PSO, Pertamina mendapat tambahan pendapatan sekitar sekitar US$ 1,42 miliar atau sekitar Rp 19 triliun. "Dana itu sangat dibutuhkan untuk investasi di sektor hulu, kilang dan proyek-proyek strategis lain. Kalau (pendapatan) berkurang , berdampak karena Pertamina mengemban banyak misi," kata dia.

Misalnya, Pertamina kesulitan merealisasikan mimpi pemerintah membangun beberapa kilang. Proyek kilang Balikpapan misalnya, memakai uang kas perusahaan. "Kilang Balikpapan kami sudah komitmen Desember akan groundbreaking," ujarnya.

Selain itu, dengan tidak dinaikkannya BBM PSO, Pertamina kesulitan juga menambah infrastruktur dan memperbarui alat-alat. Ke depan, kata Elia, Pertamina akan memberikan gambaran besar selama lima tahun soal laporan kinerja jika BBM PSO tidak dinaikkan. Sehingga pemegang saham bisa melihat dengan transparan soal kinerja keuangan Pertamina. "Saya tekankan, efisiensi kami sudah baik," ungkap dia.

Jika pemerintah tetap tidak menaikkan harga BBM PSO, sebaiknya dividen Pertamina dipotong. Strategi pemerintah sekarang memangkas revenue dan tidak menaikan harga, tapi juga tidak memotong dividen. Arief Budiman Direktur Keuangan Pertamina mengatakan, hingga akhir tahun nanti atau kuartal IV laba perusahaan bisa mencapai US$ 2,15 miliar. "Pertamina juga masih punya piutang Rp 30 triliun, kami ingin Rp 10 triliun saja dulu dibayar," kata dia. Piutang itu berasal dari BBM penugasan.

Sementara di sektor hulu, kinerja disokong produksi minyak Januari-September 2017 mencapai 342.000 barel per hari (bph), tumbuh 11% dibandingkan periode sama 2016 sebesar 309 .000 bph. Sedangkan, produksi gas tumbuh 4% dari 1.953 juta kaki kubik per hari (mmscfd) pada Januari-September 2016, menjadi 2.030 mmscfdpada periode yang sama 2017. Sehingga total produksi minyak dan gas naik 7%, dari 646.000 barel setara minyak per hari (mboepd) menjadi 693 mboepd.

Syamsu Alam, Direktur Hulu Pertamina, yakin, produksi hingga akhir tahun bisa stabil d 342.000 bph. Sebab produksi Cepu terus meningkat dan sempat mencapai lebih dari 200.000 bph per hari. Sementara tahun depan perusahaan akan mendapat tambahan gas dari Blok Mahakam. Pertamina menaruh belanja modal US$ 700 juta untuk pengeboran 14 sumur.

Produksi Blok Mahaka sekitar 800 mmscfd lantaran sejak pertengahan 2015 lalu Total EP tidak menambah pengeboran sumur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini