BBM subsidi naik, beban industri terkerek 4%



JAKARTA. Kenaikkan bahan bakar minyak (BBM) subsidi berpotensi meningkatkan beban produksi industri manufaktur sebesar 4%. Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, pelaku industri sebenarnya sudah memakai BBM non subsidi. "Namun beban produksinya naik karena peningkatan beban logistik, distribusinya masih pakai BBM subsidi," ujarnya, Senin (10/11).

Direktur Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Harjanto mengakui, energi merupakan bahan baku krusial untuk industri manufaktur. "Untungnya di industri manufaktur tidak harus dari solar, bisa menggunakan energi alternatif seperti batu bara, gas alam, solarnya pun berharga non subsidi. Namun biaya logistik terkerek," katanya.

Untuk menekan biaya produksi yang terus naik karena kenaikkan tarif dasar listrik dan BBM, industri telah sejak lama mengajukan kompensasi. "Kami sudah lama ajukan bebas bea masuk untuk mesin pembangkit listrik dari panas industri, sebagai salah satu kompensasi pembengkekakkan beban energi," ujar Harjanto.


Ia mengatakan besaran beban logistik di perusahaan industri manufaktur beragam. Semakin besar produk industrinya, tentu kebutuhan logistiknya semakin besar. Ia mengatakan 40% dari sektor industri terhitung barang besar. "Makin besar barang produksi industrinya makin besar beban logistiknya.  Kalau barang industri yang kecil-kecil seperti elektronik, itu beban logistiknya lebih kecil," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa