BBM turun, saham BIRD terbang, TAXI justru menukik



JAKARTA. Presiden Joko Widodo telah mengumumkan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Pemerintah menurunkan harga BBM bersubsidi Rp 1.000 per liter menjadi Rp 6.600 per liter, dari Rp 7.600 per liter.

Penurunan harga BBM mendapat respons positif saham emiten transportasi, PT Blue Bird Tbk (BIRD). Saham emiten pengelola bisnis armada taksi ini naik 4,54% ke Rp 12.100 per saham pada penutupan Jumat (16/1).

Bahkan harga saham BIRD telah naik 86% dibandingkan sejak mencatatkan diri pada 27 Oktober lalu di Bursa Efek Indonesia (BEI) di Rp 6.500. Di sisi lain, saham emiten taksi lain, PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) justru turun 1,77% ke level Rp 1.110 per saham.


Hal ini bukan tanpa alasan. Penurunan harga BBM ternyata hanya menguntungkan bagi BIRD. Maria Renata, Analis Trimegah Securities, mengatakan, BIRD dan TAXI menggunakan sistem berbeda dalam mengatur skema setoran dari para pengemudi taksi. Untuk BIRD, upah pengemudi taksi ditentukan berdasarkan setoran per hari.

Untuk itu, emiten ini tidak membatasi seberapa besar uang yang disetorkan pengemudi. Sementara untuk TAXI, setoran para sopir ditetapkan setiap hari. "Ini lebih menguntungkan bagi BIRD karena menggunakan variabel bergerak," ujar Maria.

Sehingga dengan penurunan harga BBM, pengemudi taksi memiliki peluang lebih besar untuk menaikkan setoran. Hal ini bisa menjadi pendorong bagi para pengemudi lebih rajin menjalankan taksi.

Pieter Djatmiko, Analis Reliance Securities mengatakan, biaya BBM bagi armada TAXI ditanggung pengemudi. Sedangkan BIRD yang menanggung biaya BBM adalah perusahaan. Sehingga penurunan BBM bisa mengurangi biaya perusahaan. "Untuk TAXI dampaknya tidak langsung," kata Pieter.

Meski demikian, Pieter melihat peluang bisnis taksi masih cukup menjanjikan. Apalagi penetrasi taksi di Indonesia terbilang rendah dibanding negara lain. "Baik taksi maupun BIRD masih terus ekspansi dengan menambah armada sehingga memacu kenaikan pendapatan," lanjut Pieter.

Menurut Maria, transportasi umum di kota-kota besar di Indonesia masih kurang memadai. Tarif taksi di dalam negeri pun lebih rendah dibanding negara lain. "Kebutuhan transportasi taksi masih cukup tinggi," ungkapnya.

Maria merekomendasikan hold untuk TAXI dengan target harga Rp 1.300 per saham. Sedangkan untuk BIRD, Maria merekomendasikan buy namun masih menghitung kembali target harganya.

Pieter merekomendasikan hold untuk BIRD lantaran harga sahamnya yang sudah terlampau tinggi. Untuk TAXI, Pieter merekomendasikan buy dengan target Rp 1.660 per saham. Wuwun Nafsiah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto