BBRI dan ADMF rilis surat utang Rp 4,47 triliun



JAKARTA. Ingin sumber dana dengan tenggat longgar, emiten keuangan pun mencari pendanaan dalam bentuk surat utang. Dalam waktu yang berdekatan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) akan menerbitkan surat utang bernilai Rp 4,47 triliun. Rencananya, BBRI akan mengeluarkan obligasi berkelanjutan I sebesar Rp 12 triliun. Untuk tahap pertamanya, nilai pokok penerbitan obligasi bank pelat merah tersebut adalah Rp 3 triliun. Obligasi ini memiliki 3 seri. Nah, seri A memiliki jumlah pokok Rp 655 miliar dengan bunga 8,4% dan jangka waktu 370 hari. Lalu pokok yang ditawarkan untuk seri B adalah Rp 925 miliar dengan bunga 9,2% dan tenor 3 tahun. Terakhir, seri C bernilai Rp 1,42 triliun dengan bunga 9,5% dan tenor 5 tahun. "Ini merupakan sumber dana alternatif. Karena tenornya lebih panjang ketimbang Dana Pihak Ketiga (DPK)," sebut Direktur Keuangan BBRI Haru Koesmahargyo, kepada KONTAN, Jumat, (26/6). Kemudian, ADMF akan mengeluarkan penerbitan surat utang bernilai Rp 9 triliun. Rinciannya yakni obligasi berkelanjutan III sebesar Rp 8 triliun dan sukuk mudharabah berkelanjutan II senilai Rp 1 triliun. Pada tahap pertama, emiten pembiayaan anak usaha PT Bank Danamon Tbk (BDMN) ini akan mengeluarkan Rp 979 miliar. Rinciannya, obligasi seri A bernilai Rp 741 miliar dengan bunga 9,5% dan tenor 3 tahun. Lalu obligasi seri B yaitu Rp 238 miliar dengan bunga 10,25% dan tenor 5 tahun. Kemudian, tahap pertama sukuk bernilai Rp 500 miliar. Sukuk seri A yaitu Rp 441 miliar dengan nisbah 72,917% dari pendapatan atau ekuivalen bagi hasil 8,75%. Tenor sukuk seri A adalah 370 hari. Kemudian, sukuk seri B memiliki nilai Rp 59 miliar. Nisbahnya 79,167% dari pendapatan dengan bagi hasil 9,5%. Sukuk seri B ini bertenor 3 tahun. Surat utang BBRI dan ADMF mendapat peringkat cukup oke. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) melabelkan AAA kepada keduanya. Analis Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe menilai bahwa BBRI dan ADMF menyiapkan pendanaan agar ketika kredit meningkat, mereka telah siap mengucurkan. Lebih lanjut, ia mencermati adanya kemungkinan BBRI menerbitkan obligasi karena akan mengucurkan kredit dalam jumlah besar. Sementara posisi likuiditasnya saat ini tak lagi mencukupi sebagai sumber dana kredit tersebut. "Ada kecenderungan untuk kredit infrastruktur. Maka butuh pendanaan besar dalam jangka panjang," ucapnya. Kiswoyo memandang prospek positif BBRI. Sedangkan menurutnya, Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) yang digelontorkan ADMF rawan kredit macet. Ia menyarankan hold ADMF dengan target harga Rp 5.000 dan merekomendasikan beli BBRI dengan target harga Rp 14.500.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan