KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten berencana untuk membeli kembali atau
buyback saham. Teranyar ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI) menganggarkan dana hingga Rp 3 triliun untuk
buyback saham. Kedua, PT Royal Prima Tbk (
PRIM) juga menggelar
buyback saham dengan jumlah sebanyak-banyaknya Rp 10 miliar. Pembelian kembali saham ini akan dilakukan secara bertahap dengan perkiraan periode 28 Januari 2022 hingga 28 Maret 2022. Kemudian, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (
ROTI) juga akan membeli sebanyak-banyaknya 220 juta saham. Dana yang dialokasikan untuk rencana ini maksimum Rp 374 miliar.
Emiten lainnya, PT Medikaloka Hermina Tbk (
HEAL) yang berencana membeli kembali paling banyak 80 juta saham. HEAL mengalokasikan dana sebesar Rp 100 miliar untuk aksi korporasinya itu.
Baca Juga: Anggarkan Rp 3 Triliun, BRI Lakukan Buyback Saham Analis Investindo Nusantara Sekuritas, Pandu Dewanto menjelaskan bahwa semakin besar nilai
buyback dibanding jumlah saham beredar dan nilai transaksi harian tentunya akan semakin berpengaruh terhadap pergerakan saham. "Semestinya memang
buyback dilakukan jika harga saham masih di bawah harga wajarnya, sehingga ada potensi apresiasi di masa mendatang," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (25/1). Dilihat dari valuasinya, saham BBRI saat ini diperdagangkan pada PBV sekitar 2,14x, masih relatif di bawah harga wajar. Sebab, kisaran pergerakan selama 5 tahun terakhir pada PBV 2-3x, dengan rata-rata 2,5x sehingga Pandu menghitung nilai wajar BBRI sekitar Rp 4.750 per saham. Saham ROTI, saat ini diperdagangkan pada PE 30x dengan PBV 2,87x, masih relatif wajar karena rata-rata PE 5 tahun terakhir 36x dan rata2 PBV 2,75x. Menurutnya, perlu diwaspadai juga mengingat kenaikan harga komoditas belakangan ini dapat menjadi ancaman di mana harga bahan baku tentu melonjak, sedangkan penjualan 3 tahun terakhir cenderung stagnan.
Baca Juga: Royal Prima (PRIM) Berencana Buyback 20% Saham Untuk saham PRIM diperdagangkan pada PE 8,8x, masih relatif murah. Sedangkan HEAL diperdagangkan pada PE 16x jika dibanding rata-rata industri sekitar 16x maka berada dalam harga wajarnya. Pandu juga menjelaskan bahwa
buyback tidak mengembalikan harga saham ke
fair value atawa nilai wajarnya. Umumnya
buyback juga dilakukan jika harga saham sedang mengalami penurunan yang signifikan, sedangkan kondisi keuangan perusahaan baik-baik saja sehingga pelaksanaan
buyback biasanya tidak mengganggu arus kas. "Kondisi perusahaan yang sehat inilah yang suatu saat akan mengembalikan kepercayaan para investor sehingga harga sahamnya akan kembali menguat mencapai harga wajarnya," ujar dia.
Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG untuk Perdagangan Rabu (26/1) Pandu mengatakan, investor dapat memanfaatkan momentum
buyback. Namun, investor harus bersabar karena untuk mengembalikan kepercayaan investor butuh waktu. Apalagi kondisi pasar saat ini baru mulai muncul guncangan setelah berbulan-bulan terus menguat bahkan mencapai level
all time high. "Hal ini terjadi secara global di mana pengetatan moneter mulai dilaksanakan yang bisa berakibat turunnya pasar saham," imbuh Pandu.
Dari keempat emiten tersebut, Investindo Nusantara Sekuritas menilai saham BBRI yang menarik. Sebab, laporan keuangan bertumbuh dan tanda pemulihan ekonomi juga berjalan positif. Walau begitu, secara tren dia menilai masih turun sehingga disarankan sebaiknya menunggu di level yang lebih aman. "Sembari menunggu kondisi pasar mulai kondusif sehingga rekomendasi saya sementara ini untuk
buy on weakness dengan perkiraan bisa mulai mencicil beli pada
range Rp 3.700-Rp 4.000," pungkas dia.
Baca Juga: Pasar Negara Berkembang Hadapi Tekanan dari The Fed, Berikut Sektor Saham Pilihan Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati