BCA kantongi laba Rp 23,3 triliun tahun 2017



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengumumkan sepanjang tahun 2017, aba bersih konsolidasi mencapai Rp 23,3 triliun. Pencapaian ini lebih tinggi 13,1% dibanding akhir tahun sebelumnya yang sebesar Rp 20,6 triliun.

Adapun, peningkatan laba bank swasta terbesar Tanah Air ini terutama didorong oleh kenaikan pendapatan operasional yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya yang tumbuh 6% menjadi Rp 57 triliun pada tahun 2017.

Sementara itu pendapatan non-bunga perseroan juga naik sebesar 11,5% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 15,1 triliun akhir tahun lalu.


Adapun, pendapatan bunga bersih BCA mengalami peningkatan 4,1% menjadi Rp 41,8 triliun. Direktur Utama BCA Jahja SEtiaatmadja mengungkapkan pencapaian pertumbuhan laba sejalan dengan kenaikan kredit dan juga faktor pendukung lain seperti dana pihak ketiga.

Di sisi lain, bila dilihat pertumbuhan laba bersih perseroan juga meningkat sejalan dengan penurunan biaya pencadangan atau provisi yang ditekan rendah.

Per akhir Desember 2017 BCA mencatat biaya provisi menjadi sebesar Rp 2,63 triliun, jumlah ini menurun dari provisi tahun 2016 yang sempat menyentuh Rp 4,56 triliun atau turun 42,3% secara yoy.

Menurut Jahja, penurunan biaya pencadangan ini dilakukan sejalan dengan membaiknya kualitas kredit perseroan.

Hal ini juga tercermin dari kondisi non-performing loan (NPL) secara gross BCA yang stabil berada di posisi Maret 2017 yakni 1,5%.

Namun, bila dibandingkan dengan posisi Desember 2017 jumlah ini memang meningkat 20 basis poin (bps) dari 1,3%.

Atas hal itu, BCA tetap membuat cadangan kredit pada akhir tahun lalu sebesar Rp 14,6 triliun, meningkat 5,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Lewat pemupukan cadangan kredit tersebut, rasio cadangan terhadap kredit bermasalah tercatat sebesar 190,7% turun dari 229,4% di tahun 2016.

"Profitabilitas BCA juga didukung oleh berbagai program efisiensi serta pembentukan cadangan kredit bermasalah yang lebih rendah sejalan dengan kualitas kredit yang terjaga," katanya dalam konferensi pers paparan kinerja di Jakarta, Kamis (8/3).

Penyaluran kredit

Bank bersandi saham BBCA ini mengatakan, faktor pendukung pertumbuhan laba yakni dari realisasi penyaluran kredit yang naik 12,4% secara yoy menjadi Rp 467,5 triliun pada akhir tahun lalu.

Pertumbuhan kredit juga terjadi di seluruh segmen antara lain, kredit korporasi tumbuh 14,5% menjadi Rp 177,3 triliun pada akhir tahun 2017.

Selain itu, pada kuartal IV 2017 BCA membukukan kredit konsumer tumbuh 12,1% menjadi Rp 122,8 triliun. Berdasarkan subsegmennya, kredit pemilikan rumah (KPR) tumbuh paling tinggi mencapai 14,2% menjadi Rp 73 triliun dan kredit kendaraan bermotor (KKB) naik 10% menjadi Rp 38,3 triliun akhir tahun 2017 lalu.

Pada periode yang sama, outstanding kartu kredit juga meningkat 6,9% secara yoy menjadi Rp 11,5 triliun. Sementara itu kredit komersial dan UMKM tumbuh 10,3% menjadi Rp 167,5 triliun.

Sementara itu, Jahja mengatakan pihaknya memasang target konservatif untuk pencapaian laba di tahun ini. "Kami profit tidak sampaikan rinci, yang jelas kredit bisa tumbuh konservatif di single digit," ujarnya.

Secara terpisah, Direktur BCA Santoso Liem mengungkapkan penyokong pertumbuhan laba selain dari pendapatan bunga yakni dari fee based perseroan. Menurutnya, pertumbuhan pendapatan berbasis komisi tersebut tumbuh sejalan dengan meningkatnya customer based perseroan.

Adapun, per akhir tahun lalu total pendapatan komisi perseroan tumbuh sebesar 10,5% menjadi Rp 10,38 triliun. Santoso menyebutkan, bila dirinci pendapatan komisi berasal dari transaksi di bisnis tresuri. Sementara sisanya, didapat dari bisnis BCA di dalam negeri.

"Tahun ini kami konservatif kenaikan fee based, kalau untuk customer based memang sejalan dengan strategi kami untuk tumbuh 8% sampai 9% tiap tahun," ujar Santoso.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia