JAKARTA. Bank Central Asia (BCA) masih enggan menyalurkan kredit ke sektor pertambangan dan penggalian. Hal ini disebabkan tingginya faktor resiko dalam bisnis ini.Menurut Jahja Setiatmadja, Presiden Direktur BCA, sampai saat ini BCA hampir tidak ada penyaluran kredit ke sektor pertambangan. "Karena menurut kami sektor pertambangan mempunyai resiko tinggi dan harga barang tambang selalu berfluktuasi. Kami memilih lebih banyak menyalurkan kredit ke sektor industri pengolahan, makanan, real estate, dan perdagangan," kata Jahja, pada KONTAN dalam pesan pendek, belum lama ini.Ucapan Jahja tercermin dalam laporan keuangan BCA di akhir tahun lalu. Sektor pertambangan tidak masuk 10 besar sektor yang menjadi sasaran penyaluran kredit BCA.Keengganan BCA ternyata juga menunjukkan tren yang sama di industri perbankan. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Januari 2014, volume kredit yang disalurkan di sektor pertambangan dan penggalian dari bank umum mencapai Rp 121,45 triliun. Hanya tumbuh 15,65% secara year on year (YoY). Realisasi kredit di sektor pertambangan dan penggalian pada Januari 2013 mencapai Rp 105,01 triliun.Capaian ini jelas jauh lebih kecil dibanding realisasi volume maupun pertumbuhan kredit di sektor perdagangan besar dan ritel. Hingga Januari 2014, volume kredit yang disalurkan di sektor perdagangan besar dan ritel dari bank umum mencapai Rp 631,95 triliun. Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 29,95% secara YoY mengingat realisasi kredit sektor perdagangan besar dan ritel di Januari 2013 mencapai Rp 486,27 triliun.Begitu pula dengan penyaluran kredit bank umum di industri pengolahan. Hingga Januari 2014, volume kredit yang disalurkan di sektor industri pengolahan telah mencapai Rp 574,79 triliun. Tumbuh sebesar 29,72% secara YoY mengingat realisasi kredit di sektor industri pengolahan di Januari 2013 mencapai Rp 443,07 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BCA masih enggan salurkan kredit pertambangan
JAKARTA. Bank Central Asia (BCA) masih enggan menyalurkan kredit ke sektor pertambangan dan penggalian. Hal ini disebabkan tingginya faktor resiko dalam bisnis ini.Menurut Jahja Setiatmadja, Presiden Direktur BCA, sampai saat ini BCA hampir tidak ada penyaluran kredit ke sektor pertambangan. "Karena menurut kami sektor pertambangan mempunyai resiko tinggi dan harga barang tambang selalu berfluktuasi. Kami memilih lebih banyak menyalurkan kredit ke sektor industri pengolahan, makanan, real estate, dan perdagangan," kata Jahja, pada KONTAN dalam pesan pendek, belum lama ini.Ucapan Jahja tercermin dalam laporan keuangan BCA di akhir tahun lalu. Sektor pertambangan tidak masuk 10 besar sektor yang menjadi sasaran penyaluran kredit BCA.Keengganan BCA ternyata juga menunjukkan tren yang sama di industri perbankan. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Januari 2014, volume kredit yang disalurkan di sektor pertambangan dan penggalian dari bank umum mencapai Rp 121,45 triliun. Hanya tumbuh 15,65% secara year on year (YoY). Realisasi kredit di sektor pertambangan dan penggalian pada Januari 2013 mencapai Rp 105,01 triliun.Capaian ini jelas jauh lebih kecil dibanding realisasi volume maupun pertumbuhan kredit di sektor perdagangan besar dan ritel. Hingga Januari 2014, volume kredit yang disalurkan di sektor perdagangan besar dan ritel dari bank umum mencapai Rp 631,95 triliun. Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 29,95% secara YoY mengingat realisasi kredit sektor perdagangan besar dan ritel di Januari 2013 mencapai Rp 486,27 triliun.Begitu pula dengan penyaluran kredit bank umum di industri pengolahan. Hingga Januari 2014, volume kredit yang disalurkan di sektor industri pengolahan telah mencapai Rp 574,79 triliun. Tumbuh sebesar 29,72% secara YoY mengingat realisasi kredit di sektor industri pengolahan di Januari 2013 mencapai Rp 443,07 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News