BCA menutup unit remitansi di Malaysia



JAKARTA. Kabar mengejutkan datang dari Bank Central Asia (BCA). Jagoan bisnis ritel dan konsumer ini menutup unit usaha pengiriman uang di Malaysia mulai 30 April mendatang. Kantor ini akan tetap buka hingga 11 Mei 2012, tetapi hanya memberikan informasi ke nasabah mengenai pengiriman sebelumnya.

Informasi ini terpampang di kantor BCA Remittance Bhd, Shd (BCARM). Pengelola BCARM mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Indonesia di Malaysia yang selama ini menjadi pelanggan layanan tersebut.

Manajemen BCA membenarkan informasi ini. "Setelah mencoba mengoperasikan empat gerai remittance di sana, kami merasa terlalu berat. Lebih baik fokus saja di dalam negeri," kata Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, kepada KONTAN, Minggu (22/4).


BCA akan menutup seluruh jaringan remitansi di Malaysia lalu memilih menggandeng money changer. "Saya menghitung kembali profitabilitasnya, harus di atas 15 gerai dalam delapan tahun baru bisa menutup semua investasi. Ini terlalu lama," jelas Jahja.

Sebelumnya, mengantisipasi peningkatan jumlah pekerja Indonesia di luar negeri, BCA pernah berencana mengembangkan jaringan bank koresponden dan remittance subsidiary. BCA akan mendirikan 20 kantor remittance selama tiga tahun ke depan.

BCA membuka bisnis remittance di Malaysia sejak awal tahun 2010, untuk melayani pekerja migran mengirim uang ke Tanah Air. Dalam situs resminya, tahun ini, BCARM berencana meluncurkan layanan pembukaan rekening (Tahapan BCA) bagi TKI di Malaysia. Tentu saja, rencana itu buyar.

Aribowo, mantan Kepala Biro Sistem Pembayaran BI, mengatakan, biasanya penutupan unit remitansi bank-bank lokal di luar negeri karena dua hal. Pertama, bank tidak mampu bersaing dengan perusahaan pengiriman uang atau bank di luar negeri. Kedua, "Biaya transaksinya lebih tinggi dan kurs yang digunakan tidak kompetitif," kata Aribowo, Minggu (22/4).

Direktur UKM Bank Syariah Mandiri (BSM), Hanawijaya menjelaskan, bank bisa meningkatkan daya saing dengan beberapa cara. Untuk menyiasati biaya operasional misalnya, bank tidak perlu merogoh kocek membangun kantor. Bank bisa bekerjasama dengan perusahaan pengiriman uang lokal.

Dalam kerjasama ini, kedua pihak menyepakati fee. Misalnya, 50% transaksi untuk perusahaan pengiriman. "Namun persentase pembagian untung tergantung biaya transfer," kata Hanawijaya.

Sebagai gambaran, biaya setiap negara berbeda-beda. Hong Kong misalnya, HK$ 30 per satu transaksi dan Malaysia RM 11 per transaksi.

Anak usaha Bank Mandiri ini kemarin menggandeng agen di Singapura, yakni Misa Ekspres Pte Ltd, meluncurkan program remitansi bertajuk Transfer Dana Untuk Indonesia Tercinta (DUIT). BSM akan melayani remitansi di Taiwan dan Malaysia. "Di wilayah ini banyak penduduk dari Indonesia," kata Hanawijaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie