Beauty contest smelter Antam di Sorong belum rampung, ini penyebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemilihan mitra bisnis alias beauty contest yang digelar PT Aneka Tambang (Antam) untuk pembangunan fasilitas pemurnian mineral metal (smelter) belum rampung. Beauty contest hilirisasi ini dikembangkan dalam kaitan produksi nikel ore yang pada tahun 2017 dilakukan Antam di Pulau Gag, Raja Ampat, Papua.

Smelter itu sendiri rencananya akan dibangun di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong, Papua atau di kawasan industri Antam di Halmahera Timur (Haltim). Dalam pemberitaan KONTAN sebelumnya disebutkan, Direktur Utama Antam, Arie Prabowo Ariotedjo menaksir hasil beauty contest akan diumumkan pada Agustus ini.

Namun, saat dikonfirmasi kembali, taksiran itu ternyata meleset. Kala itu, Arie menyebut ada empat perusahaan yang mengajukan. Asalnya, tiga dari China dan satu dari Filipina. Dalam perkembangan terkini, kata Arie, tinggal tiga perusahaan yang lolos pada fase berikutnya, yakni dua dari China dan satu dari Filipina.


“Sekarang sudah shortlisted ke tiga perusahaan. Masuk fase due diligence September ini dan akan memberikan firm offer setelah due deal yang akan memakan waktu kurang lebih satu bulan,” terang Arie kepada KONTAN, Minggu (2/9).

Arie bilang, dalam beauty contest ini calon mitra srategisnya itu harus memenuhi sejumlah kriteria. Antara lain ialah sudah punya market share atas produk-produknya, berpengalaman dan menguasai teknologi, serta pertimbangan dalam kemampuan financing.

Meski tak mengungkapkan dengan rinci, Arie menyebut, alasan pengumuman beauty contest ini tak selesai di bulan Agustus karena ada sejumlah proses yang memerlukan waktu tambahan.

“Ternyata ada proses-proses yang memerlukan tambahan waktu dan kita melibatkan konsultan dalam proses ini,” imbuh Arie.

Soal porsi pembagian dana patungan, Arie belum merincinya. Namun ia menyebut bahwa untuk upstream, Antam akan menjadi mayoritas. Sedangkan untuk downstream pada awalnya mayoritas ada di tangan investor, namun setelah 5-10 tahun Antam yang akan menjadi mayoritas.

”Porsi dana patungan akan di-submit dalam firm offer. Tapi yang jelas untuk upstream Antam mayoritas. Untuk downstream mungkin awalnya investor mayoritas. Tapi setelah sekian tahun operasi, Antam mayoritas. Ya antara 5-10 tahun,” jelasnya.

Sebagai informasi, biaya pengembangan hilirisasi iini membutuhkan investasi sampai S$ 1 miliar dengan kapasitas smelter 40.000 ton nikel sampai 500.000 ton stainless steel per tahun. Kontrak Karya Pulau Gag ini memiliki sumber cadangan nikel ore mencapai 391 juta ton.

Pada tahun 2018 ini Antam menargetkan produksi mencapai 900.000 ton nikel ore. Arie menungkapkan, per bulan Agustus, produksinya sudah mencapai 460.000 ton. Ia optimistis bisa mencapai target produksi hingga akhir tahun nanti. Sedangkan pasar dari produksi ini menyasar pasar dalam negeri, khususnya di Morowali.

“Di bulan Agustus tercapai sekitar 100.000 ton. Produksi sampai dengan Agustus akhir 460.000 ton. Inshaa Allah bisa tercapai karena di awal-awal tahun yang produksinya masih kecil” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Narita Indrastiti