KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan suku bunga acuan kini menjadi salah satu yang ditunggu oleh industri perbankan. Bukan tanpa alasan, beban bunga tinggi membuat kinerja perbankan tak bisa lepas dari tekanan. Setidaknya, hal tersebut terjadi pada bank-bank besar yang masuk dalam kategori KBMI 4. Sebab, bank KBMI 4 mencatat kenaikan bunga yang signifikan masih terjadi di Juli 2024, sebagai awal periode separuh kedua tahun ini. Ambil contoh, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang mengalami kenaikan beban bunga sebesar 47,46% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 30,24 miliar. Hal tersebut sedikit banyak juga membuat laba mereka hanya tumbuh 1,79% YoY pada Juli 2024.
Kondisi serupa juga terjadi pada, PT Bank Mandiri Tbk yang mencatatkan beban bunga naik 38,25% YoY menjadi Rp 19,9 triliun per Juli 2024. Sementara, pendapatan bunga Bank Mandiri tumbuh lebih kecil sekitar 12,91% YoY menjadi Rp 63,05 triliun. Alhasil, laba yang dicatatkan Bank Mandiri pada periode tersebut hanya tumbuh 6,52% YoY. Di mana, bank berlogo pita emas ini justru mencatatkan pertumbuhan kredit yang jauh di atas pencapaian industri mencapai 23,4% YoY.
Baca Juga: Outstanding Kredit Paylater Perbankan Tumbuh 36,66% Per Juli 2024 Satu-satunya bank KBMI 4 yang mampu menahan kenaikan beban bunga adalah PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Sebab, bank swasta terbesar di Indonesia ini hanya mengalami kenaikan beban bunga 5,35% YoY menjadi Rp 6,7 triliun. Pencapaian tersebut membuat BCA menjadi satu-satunya bank KBMI 4 yang mengalami kenaikan laba hingga double digit. Di mana, pertumbuhannya sebesar 12,36% YoY dengan laba mencapai Rp 31,39 triliun. EVP Corporate Communication & Social Responsibility
BCA, Hera F. Haryn bilang salah satu pendorong pertumbuhan tersebut adalah pendanaan. Meski, ada juga terkait ekspansi pembiayaan secara berkualitas dan peningkatan volume transaksi. Memang, jika melihat laporan bulanannya per Juli 2024, BCA tampak mengurangi simpanan yang bukan termasuk dana murah (CASA). Ambil contoh, simpanan deposito yang justru mengalami penurunan 1,8% YoY menjadi Rp 196,36 triliun. “Pada prinsipnya, BCA senantiasa mendorong penyaluran kredit di berbagai sektor, serta memperkuat platform perbankan transaksi guna memperkokoh pendanaan,” ujar Hera, akhir pekan lalu (7/9). Dengan kondisi tersebut, Hera optimistis prospek bisnis BCA hingga akhir tahun 2024 akan membukukan kinerja positif sepanjang tahun 2024. Tentu, tetap ditopang oleh likuiditas yang memadai untuk menyalurkan kredit.
Baca Juga: Sepekan Terakhir, Saham Bank Big Caps dalam Tren Positif Sementara itu, Direktur Keuangan Bank Mandiri Sigit Prastowo menyadari bahwa tren kenaikan beban bunga memang terjadi di bank berlogo pita emas ini. Oleh karenanya, Bank Mandiri terus menjaga profitabilitas dengan menjaga kenaikan biaya dana tersebut. Ia bilang salah satu cara yang digunakan adalah dengan mendorong pertumbuhan CASA yang dimiliki. Hal tersebut pun tampak dari rasio CASA yang dimiliki menjadi 82,82% dari periode sama tahun lalu yang hanya sekitar 78,32%. “Dan dengan mendorong pertumbuhan giro dan tabungan, kami juga melakukan akuisisi nasabah baru maupun juga pendalaman ekosistem nasabah yang kami miliki dengan optimalisasi dari platform yang kita miliki,” ujar Sigit. Di sisi lain, ia bilang Bank Mandiri terus melanjutkan
loan repricing secara selektif. Ini terutama pada portofolio kredit korporasi yang suku bunganya mengacu pada suku bunga acuan. Di mana, pada saat ada kenaikan suku bunga, pihaknya menyesuaikan sesuai dengan kemampuan dan juga risiko nasabah. “Juga mengantisipasi penurunan suku bunga acuan yang terjadi di kuartal keempat nanti, kami tetap melanjutkan
growth strategy yang telah kami lakukan yakni fokus untuk meningkatkan dominasi bisnis secara prinsipal, yakni
wholesale,” tambahnya.
Baca Juga: Konsumen Lebih Matang, Belanja Online Bisa Tumbuh Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin berpandangan meski kinerja masih tertekan dengan beban bunga, perbankan terlihat sudah mulai beradaptasi dengan era suku bunga tinggi ini. Sehingga, kinerja di separuh kedua tahun ini berpeluang lebih baik. Dalam hal ini, ia melihat bank sudah menjalankan strateginya untuk melakukan efisiensi terhadap beban-beban operasional yang dimiliki. Sehingga, kondisi tersebut mampu menjaga profitablitas yang dimiliki bank. “Misalnya, dampak digitalisasi bank ini sudah terasa sehingga beban operasionalnya bisa lebih rendah dari pendapatan operasionalnya.” ujar Amin. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati