Beban Bunga Utang 2024 Diperkirakan Melonjak, Ini Penjelasan Ekonom Celios



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beban pembayaran bunga utang pemerintah pada tahun depan berpotensi meningkat. Hal ini terjadi karena beberapa faktor termasuk kenaikan suku bunga dan juga kebutuhan pembiayaan yang besar di sepanjang tahun 2023.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memproyeksikan, beban pembayaran bunga utang tahun depan bisa melonjak dikisaran Rp 480 trilun hingga Rp 510 triliun. Nilai tersebut meningkat dari pembayaran bunga utang tahun ini yang sebesar Rp 441,4 triliun.

Menurutnya, kebutuhan pembiayaan yang besar pada tahun ini menyebabkan bunga utang pemerintah tahun depan semakin tinggi. Misalnya saja untuk pembiayaan infrastruktur menjelang tutup tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).


Baca Juga: Sri Mulyani Targetkan Rasio Utang Terhadap PDB hingga 38,97% pada Tahun 2024

“Pembiayaan untuk infrastruktur misalnya untuk mengejar agar pembiayaan infrastruktur ini ini bisa mendorong realisasi pembangunan infrastruktur sebelum tutup tahun, sehingga kebutuhannya besar,”’ tutur Bhima kepada Kontan.co.id, Minggu (21/5).

Faktor lain, adanya tekanan kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS), atau anggaran belanja pegawai yang meningkat, juga menjadi penyebab penambahan beban utang negara.

Selin itu, pemerintah juga masih harus membayar utang jatuh tempo dengan menerbitkan utang baru, yang akhirnya akan berkorelasi pada keniakan beban bunga utang tahun depan.

Bhima juga melihat, postur belanja APBN yang dirancang untuh 2024 cenderung populis. “Anggaran perlinsos yang besar mau dibayar pakai apa kalau bukan nambah utang baru? Risiko dari kenaikan beban bunga utang itu  akan mempersempit ruang fiskal, ditangeh rasio pajak yang masih tertekan khususnya pasca pandemi. jadi agak sulit mencapai rasio pajak di atas 11%,” kata Bhima.

Bhima khawatir, harga komoditas yang semakin melemah akan mempengaruhi kemampuan pemerintah untuk membayar bunga utang.

Selain itu, Debt Service Ratio (DSR) juga diperkirakan akan mengalami peningkatan karena kinerja ekspor dan penerimaan valuta asing (valas) yang sebelumnya dibantu oleh kinerja ekspor komoditas dan surplus perdagangan mengalami perlemahanm.

Baca Juga: Ekonom: Gagal Bayar Utang AS Bisa Jadi Ancaman Serius Dunia

“Jadi pemerintah harus hati-hati. Karna beban bunga utang yang terus meningkat ini akan kontraproduktif terhadap pertumbuhan ekonomi,” tambahnya.

Alasan bisa mengganggu pertumbuhan ekonomi adalah, uang yang seharusnya digunakan untuk hal-hal yang sifatnya produktif, justru sebagian digunakan untuk pembayaran bunga utang. Hal tersebut  yang membuat ekonomi kurang bertenaga dan kurang stimulus dari sisi fiskal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto