Beban Bunga Utang 2025 Berpotensi Meningkat, Pemerintah Diminta Lakukan Efisiensi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memperkirakan belanja untuk pembayaran bunga utang pada tahun 2024 ini akan meningkat sekitar Rp 1,5 triliun dari rencana awal sebesar Rp 497,31 triliun dalam APBN 2024. 

Chief Economist PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), Banjaran Surya Indrastomo, mengatakan, peningkatan pembayaran bunga utang tahun 2024 yang diprakirakan lebih tinggi dibandingkan rencana awal terutama didorong oleh perbedaan asumsi dasar makro ekonomi yang digunakan selama penyusunan APBN 2024. 

Asumsi Dasar Ekonomi Makro (ADEM) APBN 2024 menggunakan nilai tukar sebesar Rp 15.000, dan Yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun sebesar 6,70%. 


Baca Juga: Beban Bunga Utang Membengkak, Ekonom Perkirakan Tahun Depan Bisa Berkurang

Namun demikian, seiring kondisi ketidakpastian akibat tensi geopolitik yang berlangsung lebih lama yang mendorong penurunan inflasi global dalam jalur yang lebih lambat, maka suku bunga tinggi berlangsung lebih lama. 

Bahkan terjadi peningkatan suku bunga domestik, sehingga realisasi nilai tukar tercatat lebih depresiatif dan yield cenderung lebih tinggi. 

Hingga 9 Juli 2024, Banjaran bilang, rata-rata nilai tukar adalah sebesar Rp 15.918 per dolar AS, dan yield SBN adalah sebesar 6,81%. Untuk itu, terdapat perbedaan asumsi nilai tukar sebesar Rp 918, dan yield sebesar 11 basis poin (bps). 

"Perbedaan asumsi tersebut tidak hanya akan berdampak pada pembayaran bunga utang, tapi juga ke belanja pemerintah lainnya," kata Banjaran.

Dengan perbedaan tersebut, berdasarkan analisis sensitivitas APBN 2024, dirinya memperkirakan akan berdampak ke bertambahnya defisit sebesar Rp 58,2 triliun. Di sisi lain, penerimaan negara berpotensi lebih rendah, capaian lima bulan awal di tahun 2024 baru sebesar 40,1% dari APBN. 

Baca Juga: Pembayaran Bunga Utang 2024 Bengkak Rp 1,5 Triliun Imbas Pelemahan Rupiah

"Dengan demikian, maka ruang fiskal memang berpotensi lebih terbatas tahun ini," terangnya.

Di tahun depan, Banjaran menduga pembayaran bunga utang akan tetap tinggi dan meningkat seiring dengan peningkatan outstanding  utang negara dan ketidakpastian yang tinggi yang berpotensi menahan apresiasi nilai tukar, meski di kondisi suku bunga yang diprakirakan sudah lebih rendah dari tahun ini. 

Oleh karena itu, efisiensi belanja bunga utang menjadi penting. Efisiensi itu antara lain melalui optimalisasi strategi rencana penambahan utang baru tahun anggaran berjalan, antara lain melalui penentuan komposisi dan timing pengadaan utang tahun berjalan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli