KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pyridam Farma Tbk. (PYFA) memproyeksi masih akan membukukan kerugian hingga akhir tahun.
Corporate Communication Manager PYFA Kezia Mareshah mengungkapkan hal tersebut terjadi karena adanya depresiasi mata uang serta pengeluaran yang diperlukan oleh Perusahaan. "Laba bersih PYFA pada tahun ini diestimasikan belum positif dikarenakan besarnya biaya
one-time termasuk penerbitan obligasi,
right issue, dan biaya transaksi akuisisi yang diestimasikan sebesar minimal Rp 125 miliar," papar Kezia kepada Kontan, Rabu (30/10).
Perusahaan melanjutkan, depresiasi juga cukup besar di tahun ini yaitu diestimasikan sekitar Rp 140 miliar karena adanya aktivitas inorganik dan pembangunan atau pengembangan fasilitas pabrik. Walau demikian, Perusahaan memproyeksi tahun 2025 mendatang Perseroan dapat mencetak
rebound atau peningkatan karena adanya konsolidasi secara keseluruhan dari pembukuan Probiotec Limited yaitu perusahaan farmasi asal Australia yang diakuisisinya pada Juni 2024. Baca Juga:
Begini strategi Pyridam Farma (PYFA) mengejar target pertumbuhan laba 12% tahun ini Asal tahu saja pada semester I 2024 inI, PYFA mencatatkan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 93,84 miliar. Angka tersebut naik 155,83% dari rugi bersih sebesar Rp 36,68 miliar pada semester I tahun 2023. Meskipun rugi bersih meningkat hampir tiga kali lipat, PYFA berhasil mencatatkan penjualan neto senilai Rp 407,32 miliar sepanjang semester I 2024. Angka ini meningkat 29,88% dibandingkan dengan penjualan neto sebesar Rp 313,6 miliar pada semester I tahun 2023. Penjualan neto tersebut terdiri dari penjualan lokal sebesar Rp 500,58 miliar dan penjualan ekspor Rp 2,6 miliar, setelah dikurangi retur dan potongan penjualan sebesar Rp 95,86 miliar. Strategi perseroan PYFA melanjutkan, strategi bisnis yang akan dilakukan dibagi menjadi beberapa kategori yakni untuk mendukung pertumbuhan organik, Perusahaan memperluas jaringan distribusi, pengembangan portfolio produk, kerjasama dengan mitra strategis. Untuk mendukung pertumbuhan inorganik, PYFA lakukan akuisisi perusahaan farmasi lainnya untuk mendapatkan akses ke produk dan pasar baru. Perseroan pun melakukan sinergi dengan bisnis unit seperti ekspansi geografis untuk pangsa pasar international, akses kepada klien Probiotec untuk bekerja sama dengan entitas PYFA lainnya, akses kepada teknologi dan R&D untuk potensi pengembangan produk.
Selanjutnya, Perusahaan juga lakukan ekspansi fasilitas produksi untuk efisiensi dan peningkatan kapasitas, meningkatkan tingkat automasi untuk mengurangi biaya operasional untuk mendukung sisi operasional atau
operational excellence. "Mengenai capex, sesuai dengan laporan keuangan per Juni 2024, arus kas yang digunakan untuk perolehan asset tetap adalah Rp 8,2 miliar," pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih