JAKARTA. Konsumen Indonesia masih ragu-ragu dengan ekonomi Indonesia tahun ini. Ini tergambar dari survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) dan Danareksa Research Institue pada Desember 2016. Hasil survei BI menunjukkan bahwa indeks keyakinan konsumen (IKK) pada Desember 2016 berada di level 115,4 atau lebih rendah 0,5 poin dibanding bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 115,9. Melemahnya optimisme konsumen pada bulan Desember 2016 disebabkan oleh penurunan indeks ekspektasi konsumen (IEK) sebesar 1 poin dari bulan sebelumnya. Indeks kondisi ekonomi (IKE) Desember 2016 tercatat meningkat tipis 0,1 poin.
Dilihat dari komponen pembentuknya, kenaikan tipis IKE terjadi karena kenaikan indeks penghasilan saat ini dan indeks ketersediaan lapangan kerja masing-masing sebesar 0,9 poin dan 0,8 poin dibanding bulan sebelumnya. "Namun, indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama turun 1,4 poin dibanding bulan sebelumnya," kata Tirta Segara, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Jumat (6/1). Meski demikian, secara triwulanan, rata-rata IKK kuartal IV-2016 mencapai 116, lebih tinggi dibandingkan rata-rata IKK sebelumnya yang sebesar 112,5. Angka ini juga lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 103,5. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiro mengatakan, tahun lalu, permintaan masyarakat meningkat, meski belum signifikan. Hal ini menyebabkan adanya gap suplai yang juga tercermin pada rendahnya inflasi di tahun lalu yang 3,02%
year on year (YoY). Survei Danareksa Research Institute tak jauh beda. Meski naik tipis 2,7% menjadi 101,9 2 Desember lalu, Indeks Kepercayaan Konsumen dibayangi kekhawatiran terhadap tinggi harga pangan. Konsumen yang khawatir tercatat naik dari 70,2% menjadi 72,6%. Kendati begitu, komponen pembentuk IKK seperti Indeks Situasi Sekarang (ISS) naik sebesar 6% menjadi 85,0 dan Indeks Ekspektasi (IE) naik 0,9% menjadi 114,6. Artinya, konsumen menilai kondisi ekonomi dan lapangan kerja saat ini lebih baik. Selain itu, IE mengindikasikan masyarakat semakin optimistis pada prospek ekonomi dalam enam bulan mendatang. Kenaikan optimisme konsumen itu belum tentu mendorong belanja. Survei mencatat, pada Desember hanya 29,87% konsumen yang berencana beli barang tahan lama dalam enam bulan ke depan atau turun dari survei bulan sebelumnya yaitu 30,97%. Kembali tertekan
Selain itu, konsumen yang merasa yakin bahwa tekanan inflasi akan meningkat enam bulan mendatang naik nipis 3,8% menjadi 187,4. Tampaknya masih banyak yang tak yakin terhadap upaya pemerintah menstabilkan harga. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto menyatakan, daya beli masyarakat pada tahun 2017 berpotensi kembali tertekan lantaran kenaikan sejumlah tarif. Ia memperkirakan, sumbangan inflasi dari kenaikan harga yang diatur pemerintah ini bisa mencapai 1%. Inflasi tersebut, kata Eko, akan berimplikasi pada penurunan potensi pertumbuhan ekonomi sebesar 0,1%. "Saya tidak yakin pemerintah sudah menghitung (dampak kenaikan) tarif listrik dengan menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,1%," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie