KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen tembakau iris PT Indonesian Tobacco Tbk (
ITIC) mencatatkan laba periode berjalan paruh pertama tahun ini sebesar Rp 1,08 miliar. Artinya, ITIC baru mencapai 10,5% dari target laba bersih tahun ini yang sebesar Rp 10,3 miliar. Direktur Utama PT Indonesian Tobacco Tbk Djonny Saksono mengatakan, sebenarnya laba bersih ITIC pada semester I-2019 lebih dari Rp 5 miliar. Akan tetapi, laba bersih tersebut harus berkurang karena biaya provisi perpindahan bank dan biaya denda pembatalan perjanjian kredit sekitar Rp 4,1 miliar yang dikeluarkan pada Februari 2019. “Beban pindah bank itu hanya sekali saja,
one time charge,” kata Djonny saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (4/10).
Memang, berdasarkan laporan keuangan ITIC per Juni 2019, beban keuangan perusahaan ini meningkat 91,5% secara
year on year (yoy), dari Rp 6,11 miliar menjadi Rp 11,7 miliar. Menurut Djonny, perpindahan bank ini dilakukan karena bank yang terikat perjanjian dengan ITIC pada saat ini menawarkan bunga pinjaman yang lebih murah dengan plafon yang lebih besar.
Baca Juga: Cukai Rokok Naik, Indonesian Tobacco Tetap Kejar Pertumbuhan Dua Digit Dengan kenaikan biaya yang berpengaruh pada jumlah laba bersih ITIC pada paruh pertama tahun ini, Djonny memprediksi laba bersih ITIC hingga akhir 2019 hanya mencapai sekitar Rp 6 miliar. Sementara itu, dari segi penjualan ia optimistis dapat mengejar target tahun ini, yakni sebesar Rp 170 miliar-Rp 180 miliar atau tumbuh 26,38%–33,81% secara tahunan. Per semester I-2019, ITIC mencatatkan pendapatan Rp 79,23 miliar atau tumbuh 20,2% yoy. Dengan kata lain, perusahaan ini telah mencapai 44% dari target pendapatan tertingginya tahun ini. Djonny mengatakan, pertumbuhan penjualan ini didorong upaya perusahaannya untuk terus menjaga kualitas dan distribusi produk, serta memasang harga jual yang relatif stabil. “Terlebih lagi, kondisi ekonomi yang kurang bagus membuat daya beli konsumen rokok merosot sehingga beralih ke produk tembakau iris,” kata dia. Apalagi harga rokok diprediksi juga akan naik karena adanya kenaikan tarif cukai hasil tembakau sebesar 23% mulai Januari 2020. Optimisme Djonny sejalan dengan volume penjualan tembakau iris yang berhasil perusahaan ini catatkan. Menurut dia, sepanjang tahun ini, ITIC telah menjual 1.700 ton tembakau iris dari target hingga akhir tahun yang sebanyak 2.500 ton.
Baca Juga: Tarif cukai rokok bakal naik, saham Indonesian Tobacco (ITIC) melonjak 50% Sebagai informasi, selain menjaga kualitas dan harga produk, perusahaan ini tengah memperluas pasar dalam negerinya dengan menjangkau daerah-daerah baru di Sumatra, Kalimantan, serta Jawa.
Untuk wilayah Kalimantan, ITIC akan fokus ke provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Alasannya, perusahaan ini baru menjangkau wilayah Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. Sementara itu, untuk Sumatra, ITIC baru menjangkau Jambi dan Pekanbaru. Djonny mengatakan, pihaknya juga akan memperluas pasar di Jawa. Alasannya, produk ITIC baru dijual di Jawa Tengah dan di sekitar Malang, Jawa Timur, Penjualan ini juga masih melalui perorangan dan dalam skala kecil. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi