Beban naik, laba bersih Pertamina ajlok 24%



KONTAN.CO.ID - Sepanjang semester I-2017 ini, PT Pertamina membukukan pendapatan sebesar US$ 20,5 miliar. Pencapaian tumbuh 19% dibandingkan periode sama tahun lalu yang tercatat US$17,2 miliar.

Meski menorehkan kenaikan pendapatan, laba bersih perusahaan minyak dan gas milik pemerintah ini justru menurun 24% ketimbang pencapaian pada semester I-2016. Sepanjang enam bulan pertama tahun ini, Pertamina mengempit laba bersih sekitar US$ 1,4 miliar

Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik mengatakan, pada semester I-2017, kondisi eksternal masih sangat volatil, dengan tren harga minyak dunia terus meningkat. Di satu sisi, kenaikan harga minyak mentah menjadi insentif bagi bisnis hulu.


Cuma, kenaikan harga minyak mentah menyebabkan beban pokok penjualan di sektor hilir membengkak. "Ini banyak berdampak pada perolehan laba bersih perusahaan, kendati secara operasional sektor hilir tumbuh positif," kata Elia, Rabu (16/8).

Mengantisipasi faktor eksternal tersebut, Pertamina tetap menjalankan program efisiensi dan penciptaan nilai tambah melalui break through project (BTP) yang sudah mencatat US$ 360 juta, serta inisiatif strategis lain.

"Efisiensi dan inovasi dapat menciptakan nilai tambah bagi perusahaan menjadi kunci Pertamina menghadapi situasi industri migas global yang belum membaik," terang Massa.

Kinerja operasional

Dari sisi kinerja operasional, Pertamina mencatatkan pertumbuhan yang lumayan bagus sepanjang semester I-2017 dibandingkan semester I-2016. Ini tergambar dari sektor hulu, produksi minyak dan gas bumi naik sekitar 8% menjadi 692.000 barel setara minyak per hari (mboepd) sepanjang semester pertama tahun ini.

Kenaikan produksi migas itu terdiri atas minyak yang meningkat 12% menjadi sebesar 343 mboepd pada semester pertama 2017. Adapun gas bumi, naik 4% sebesar 2.022 juta kaki kubik per hari (mmscfd) pada semester pertama 2017 dibandingkan semester pertama 2016.

Di sektor pemasaran dan niaga, penjualan bahan bakar minyak (BBM) pada semester I-2017 naik 4% menjadi 32,60 juta kiloliter. Demikian pula, penjualan non-BBM berupa gas domestik, petrokimia, dan pelumas naik 6% pada semester pertama 2017, menjadi 7,82 juta kiloliter.

Peningkatan porsi penjualan BBM nonsubsidi juga berkontribusi pada kenaikan pendapatan Pertamina. Per Juni 2016, porsi penjualan bahan bakar khusus (BBK) Perta Series jenis gasolin (Pertamax, Pertamax Plus/Turbo, Pertamax Racing dan Pertalite) baru mencapai 18,9% dan Premium 81,1%.

Namun per Juni 2017, porsi penjualan gasolin melonjak dan sudah melampaui Premium, yakni 57,6% berbanding 42,4%. Sedangkan, porsi penjualan diesel (Pertamina Dex dan Dexlite) per Juni 2017 mencapai 3,6% atau naik dibandingkan posisi Juni 2016 yang hanya 1,2%.

Terkait kinerja pengolahan, total intake terealisasi 157,06 juta barel, total output 148,6 juta barel dan volume valueable product 122,64 juta barel. Kemudian yield valuable product to total intake 78,09 %.

Elia menambahkan, Pertamina melaksanakan program refinery development masterplan (RDMP) yang dilaksanakan di empat kilang, yakni Balikpapan, Balongan, Cilacap, dan Dumai, serta grass root refinery di Tuban dan Bontang. Klaim Direktur Utama Pertamina, hingga sejauh ini, program tersebut masih berjalan sesuai jadwal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dessy Rosalina